Selasa, 01 Juni 2021

01.06.21 : Jelong2 Bersama Anak Gadis

 

Kesempatan langka ini dimanfaatkan sebaik mungkin untuk berkumpul bersama keluarga. Makanya cuti 2 (dua) hari b’rasa seminggu ha ha ha … halu keleus. Ditambah lagi ada libur di Hari Selasa jadi lumayan lah.

Bagi insan logistik kesempatan buat bisa libur bareng keluarga merupakan barang langka. Ada aja alasannya dan keperluannya. Inshaa Allah kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi. Aamiin.

Ahad sore ini, anak gadis minta diantar jemput sodaranya, ngajak main ke Living Plaza Cikarang (LPC), awalnya pengen ke Lippo Cikarang. Setelah berhasil meyakinkan bahwa disitu pun (maksudnya LPC) segala ada, barulah percaya.

Kegiatan menunggu anak2 gadis jelong2 membunuh kejenuhan di LPC, terlampir. Ayahnya mojok sendiri ke Excelso. Nikmatin alpukat dilapisi kopi gitu deh. Lha nyari cokelat gak dapat, apa boleh buat.

Liputannya terlampir. Juga berhubung hari diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila dan untuk mengetahui lebih dalam apa maknanya, simak saja 2 (dua) artikel berikut dibawah ini.

Semoga bermanfaat.

CiKaRaNG, 01.06.21

--- quote ---

[artikel 1]

YUSRIL IHZA MAHENDRA: "HARI LAHIRNYA PANCASILA BUKAN 1 JUNI, TETAPI 18 AGUSTUS 1945

Redaksi-Berita-7.075 X Dilihat 

OPINI||suaratimur.com.

Sebagian orang menyebut tanggal 1 Juni adalah Hari Lahirnya Pancasila, yang sekarang sebagian orang menyebutnya dengan istilah Hari Pancasila. Pancasila adalah landasan falsafah negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, khususnya alinea ke-4.

Saya lebih suka menyebut Pancasila sebagai “landasan falsafah negara” bukan "dasar negara" atau "ideologi" sebagaimana sering kita dengar. Istilah landasan falsafah negara itu bagi saya lebih sesuai dengan apa yang ditanyakan Ketua BPUPKI dokter (dr) Radjiman Wedyodiningrat.

Di awal sidang, Radjiman berkata, sebentar lagi kita akan merdeka. Apakah filosofische grondslag Indonesia merdeka nanti?. Radjiman tidak bertanya tentang Ideologi Negara atau Dasar Negara. Dia bertanya filosofische gronslag atau landasan falsafah negara

Bagi saya ucapan Radjiman itu benar. Landasan falsafah adalah sesuatu rumusan yang mendasar, filosofis dan universal. Beda dengan ideologi yang bersifat eksplisit, yang digunakan oleh suatu gerakan politik, yang berisi basis perjuangan, program dan cara mencapainya.

Landasan _falsafah negara haruslah merupakan kesepakatan bersama dari semua aliran politik ketika mereka mendirikan sebuah negara. Karena itu landasan falsafah negara harus menjadi titik temu atau common platform dari semua aliran politik yang ada di dalam negara itu.

Ada beberapa tokoh yang menanggapi pertanyaan Radjiman. Mereka menyampaikan gagasan tentang apa landasan falsafah negara Indonesia merdeka itu. Supomo, Hatta, Sukarno, Agus Salim, Kiyai Masykur, Sukiman adalah diantara tokoh-tokoh yang memberi tanggapan atas pertanyaan Radjiman.

Sukarno adalah pembicara terakhir yang menyampaikan tanggapannya pada 1 Juni 1945. Dia mengusulkan lima asas untuk dijadikan sebagai landasan falsafah. Sukarno menyebut lima asas yang diusulkannya itu sebagai Pancasila.

Setelah semua tanggapan diberikan, Supomo berkata bahwa dalam BPUPKI itu terdapat dua golongan, yakni golongan kebangsaan dan golongan Islam. Golongan Islam, kata Supomo, menghendak Indonesia merdeka berdasarkan Islam. Sebaliknya golongan kebangsaan menghendaki negara persatuan nasional yang memisahkan antara agama dengan negara. 

Setelah itu dibentuklah Panitia Sembilan untuk merumuskan landasan falsafah negara berdasarkan semua masukan yang diberikan para tokoh. Kesembilan tokoh itu adalah Sukarno, Hatta, Ki Bagus, Agus Salim, Subardjo, Kahar Muzakkir, Wahid Hasyim, Maramis dan Yamin.

Sembilan tokoh itu, empat mewakili Golongan Kebangsaan, empat mewakili Golongan Islam, dan satu mewakili Golongan Kristen. Sembilan tokoh ini merumuskan naskah proklamasi yang sekaligus akan menjadi Pembukaan UUD. Naskah tersebut disepakati pada tanggal 22 Juni 1945.

Yamin menyebut naskah itu “Piagam Jakarta” yang berisi gentlemen agreement seluruh aliran politik di tanah air. Dengan Piagam Jakarta kompromi tercapai, Indonesia tidak berdasarkan Islam, tapi juga tidak berdasarkan sekularisme yang pisahkan agama dengan negara. Dalam Piagam Jakarta itulah untuk pertama kalinya kita temukan rumusan Pancasila sebagai landasan falsafah negara yang disepakati semua aliran.

Ketika proklamasi, naskah Piagam Jakarta tidak jadi dibacakan sebagai teks proklamasi. Teks baru dirumuskan malam tanggal 16 Agustus. Teks baru proklamasi yang dibacakan tanggal 17 Agustus adalah teks yang kita kenal sekarang “Kami bangsa Indonesia..” dst. Namun naskah Piagam Jakarta disepakati akan menjadi Pembukaan UUD yang disahkan tanggal 18 Agustus 45.

Sebelum disahkan, Sukarno dan Hatta minta tokoh-tokoh Islam setuju kata "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus. Walaupun kecewa, namun Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo akhirnya menerima ajakan Sukarno dan Hatta.

Kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" akhirnya dihapus dan diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Jadi kompromi terakhir tentang landasan falsafah negara Pancasila dengan rumusan seperti dalam Pembukaan UUD 1945 adalah terjadi tanggal 18 Agustus 45.

Jadi hari lahirnya Pancasila bukanlah tanggal 1 Juni, tetapi tanggal 18 Agustus ketika rumusan final disepakati dan disahkan.

Pidato Sukarno tanggal 1 Juni barulah masukan, sebagaimana masukan dari tokoh-tokoh lain, baik dari golongan kebangsaan maupun dari golongan Islam. Apalagi jika kita bandingkan usulan Sukarno tanggal 1 Juni cukup mengandung perbedaan fundamental dengan rumusan final yang disepakati 18 Agustus. Ketuhanan saja diletakkan Sukarno sebagai sila terakhir, tetapi rumusan final justru menempatkannya pada sila pertama.

Sukarno mengatakan bahwa Pancasila dapat diperas menjadi trisila dan trisila dapat diperas lagi menjadi ekasila yakni gotong-royong. Rumusan final Pancasila menolak pemerasan Pancasila menjadi trisila dan ekasila tersebut.

Demikianlah penjelasan saya tentang Hari Lahirnya Pancasila atau Hari Pancasila. Semoga ada manfaatnya.

*Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra (Pakar Hukum Tatanegara)

Sumber: suaraislam.id

 

[artikel 2]

Umat Islam Indonesia Tolak Pancasila Rumusan 1 Juni 1945 Versi NaSaKom 

Jakarta FNN – Senin (22/06). Bermain-main di perdebatan ideologi akan mengentalkan semangat perjuangan umat Islam untuk kembali pada dimensi ruang dan waktu dalam perjalanan kesejarahannya. Mengagung-agungkan Pancasila rumusan 1 Juni 1945 yang menjadi bagian dari eforia kemenangan Pemilu 2019 lalu merupakan sikap politik bodoh dan tidak bijaksana. 

PANCASILA - 01 Juni 1945 Versi NaSaKom Komunis 

1) Kebangsaan Indonesia

2) Peri Kemanusiaan

3) Mufakat atas Demokrasi

4) Keadilan Sosial

5) Ketuhanan

 

PANCASILA - 18 Agustus 1945 oleh Para Ulama 

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang Adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat  kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5) Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia

 

PANCASILA mana yang anda Pilih ??? ... 

NASAKOM atau ULAMA ? ...

https://fnn.co.id/2020/06/22/umat-islam-tolak-pancasila-rumusan-1-juni-1945/ 

Hari ini 1 Juni Hari Libur Nasional ... Bukti NASAKOM (PKI) sudah menguasai Rejim ini ...

πŸ‘†πŸ‘†πŸ‘†Ingat ini adalah hari Partai Komunis Indonesia. Jokowi yg memutar balik fakta sejarah menandatangani Keppres no.24 tahun 2016 dan menetapkan 1 Juni 1945 sebagai hari lahir Pancasila, setahun kemudian 1 Juni 2017 dst dijadikan sebagai hari libur Nasional. 

Ini 5 Butir Pancasila pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 :

πŸ‘‡

Bung Karno menyebut lima pemikirannya untuk dasar negara:

1. Kebangsaan

2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan, 

3. Demokrasi 

4. Keadilan Sosial 

5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

 

πŸ‘†πŸ‘†πŸ‘†Pancasila 1 Juni 1945 Ketuhanan yg maha esa nya berada pada butir ke 5 terakhir.

 

INGAT!!! INDONESIA MENGGUNAKAN PANCASILA KONSTITUSI 18 AGUSTUS 1945 YANG LAHIR BERSAMAAN DENGAN UUD-45 SEHARI SETELAH BUNG KARNO MEMBACAKAN TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA YANG DI SAHKAN OLEH PPKI DAN DI RUMUSKAN OLEH PANITIA 9 

Pancasila 18 Agustus 1945 adalah dasar negara yang di gunakan saat ini, sah secara Konstitusi lahir bersamaan dengan UUD-45 sehari setelah kemerdekaan Indonesia. Pancasila 18 Agustus 1945 adalah jalan tengah dari Umat Islam bagi bangsa Indonesia dan menjamin semua agama, untuk menaungi keberagaman budaya & Agama, dengan Pancasila 18 Agustus 1945 dan UUD-45 Pasal 29 ayat 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk utk memeluk agamanya masing-masing & beribadah menurut agama & kepercayaan nya itu.

Umat Islam dipastikan dengan gigih menolak rumusan Pancasila 1 Juni 1945. Umat Islam tidak akan pernah mengakui hari lahir Pancasila adalah 1 Juni 1945. Bagi umat Islam, hari kelahiran Pancasila adalah 22 Juni 1945 yakni Piagam Jakarta yang ditandatangani Panitia Sembilan termasuk di dalamnya Ir. Soekarno tepat 75 tahun yang lalu.

Begitu pula dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang menyebut bahwa Piagam Jakarta menjiwai UUD 1945 dan merupakan satu kesatuan dengan UUD 1945. Bung Karno sendiri yang menyatakan bahwa kembali lagi kepada UUD 1945 pada 5 Juli 1959 dengan “Piagam Jakarta” sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Jadi, jangan paranoid melihat “Piagam Jakarta” sebagai barang haram.

Toh, umat Islam sampai sekarang biasa-biasa saja. Tetap setia untuk mengawal dan mengamankan Pancasila 18 Agustus 1945. Umat Islam juga tidak menuntut dan mendesak agar syariat Islam diberlakukan bagi pemeluknya. Sebaliknya, pemerintah yang berambisi untuk menjual dan memakai nama-nama syariah dalam berbagai produk hokum di bidang ekonomi. Ada perbakan syariah, asuransi syariah, darareksa syariah dan obligasi syariah.

RUU HIP yang pengusul awal adalah kader-kader PDIP, ternyata bernuansa dan berbasis pada Pancasila 1 Juni 1945. Karenanya umat Islam dengan keras dan tegas menolak. Tidak ada kompromi di ranah itu. Apalagi hendak mengkerdilkan posisi Agama dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pemerintah menyatakan menunda pembahasan RUU HIP. Sayangnya, sikap pemerintah ini tidak mendapat sambutan dari umat Islam. Tuntutan umat Islam tetap, yaitu pencabutan, penghentian, dan pembatalan RUU HIP. Bukan untuk direvis, lalu dilanjutkan pembahasannya.

Semangat “Soekarnois” untuk menghidupkan Pancasila rumusan 1 Juni 1945 akan mendapat perlawanan sengit umat Islam. Ini memancing konflik atau gesekan yang jatam dank eras. Sebab umat Islam kemungkinan akan membangkitkan Pancasila rumusan Piagam Jakarta 22 Juni 1945.

Kelompok kiri dan “Soekarnois” dinilai oleh umat Islam telah mengkhianati konsensus bangsa berupa rumusan Pancasila 18 Agustus 1945. Maka berlakulah slogan “mereka jual, kita beli”. Piagam Jakarta harus dihormati. Hari lahir Pancasila bukan 1 Juni 1945 tetapi 22 Juni 1945. Ingat itu.

Jika hendak kembali ke konsensus bangsa 18 Agustus 1945, umat Islam pasti siap dan menerima dengan lapangan dada. Bersama-sama mengimplementasikan Pancasila hasil consensus pendiri bangsa. Akan tetapi jika fakta politik terjadi pengkhianatan, maka umat Islam dipastikan tidak tinggal diam. Pasti akan maju berjuang membela dan menegakkan kebenaran. Berkhidmat pada agama dan syari’at Allah SWT.

Rezim Jokowi kini diuji kemampuan dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Apakah konsisten dengan menjaga konsensus atau menciptakan iklim berbasah-basah dalam kemunduran ideologi. Jika iklim ini yang sengaja dibangun, maka selayaknya Jokowi harus segera turun.

Umat Islam selalu mencari kawan. Tidak pernah mau mencari musuh. Akan tetapi jika ada musuh datang senduri menghadang, maka umat Islam pantang mundur ke belakang. Salah satu dosa besar adalah lari dari medan perjuangan untuk menegakkan kebernaran. Artinya, umat akan melawan sampai menang. Allahu Akbar.

PKI Sudah Bangkit Lagi Dimulai Dari Penghapusan Sejarah Kebiadaban PKI 1948 & 1965

PKI bangkit kembali? Pertanyaan itu dalam beberapa hari ini menguat lagi. Hal tersebut dipicu oleh permintaan Ketua Umum PDIP Megawati kepada Mendikbud Nadiem Makarim agar meluruskan sejarah pemberontakan G30S-PKI.

Kuat Dugaan Rezim Jokowi Terang Terangan Ingin Memutihkan PKI?

Bersamaan dengan itu video wawancara mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo kembali beredar. Apa yang disampaikan oleh Gatot di Kompas TV itu sebagian sudah terjadi. Tanda-tandanya sangat kuat semuanya akan terjadi.

Sumber : fnn.co.id (mecuplik Sebagian diantaranya dan dianggap penting).

--- unquote ---

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar