Minggu, 25 Desember 2016

25.12.16 : Jalan Bareng Aina


Sebenarnya, hari ini Minggu tgl 25/12/16 merupakan hari libur terakhir bagi bidadariku karena besok Senin 26/12 sudah mulai normal masuk sekolah lagi.

Pagi tadi, sempat ambil raport semester 1 kelas 8 dan syukur alhamdulillah nilainya masih baik. Seperti biasa untuk mengisi hari2 libur begini, bidadariku minta main ke Botani Square dan disana terserah yang empunya hajat mo kemana.

Sempat mampir ke A&W, Gramedia dan terakhir Giant membeli kebutuhan di pondok seperti sabun mandi, sabun cuci, shampoo dll. Di toko buku Gramedia pastinya beli bolpen dan buku. Di A&W ya nemenin makan siang ayahnya.



Dokumentasinya terlampir. Ayahnya ketularan baca lagi dan beli buku dengan latar belakang sejarah mulu. Bosen kata Aina dan kurang tertarik sejarah. Gpp. Ada waktunya.


Bogor, 25.12.16.

Senin, 19 Desember 2016

19.12.16 : Reuni Perkusi - 17/12/16

Hari Sabtu tgl 17/12/16. Gak sari2nya pengen ikutan kuliah umum di Museum Nasional Jakarta tetapi karena sang pembicara merupakan salah satu maestro di bidang hokum laut dan penasaran sejak dulu pengen ikut kuliahnya. Kesampean juga ketemu Prof. Dr. Hasjim Djalal.

Liputan kuliah umum, silahkan baca di edisi hari Sabtu tgl 17/12/16 he he he … Yang ini mengulas, setelah kuliah umum, keingetan ada acara reuni PERKUSI (Perkumpulan Karyawan Ex Samudera Indonesia). Lumayan ‘lah, yang hadir sekitar 16 orang.

Yang namanya temu kangen, ya acaranya kangen2an dan ngobrol ngalor-ngidul di FX Plaza Senayan tetapi dibatasi sampe jam 15.00 karena kitaorang musti mudik ke Bandung buat ketemu keluarga juga. Ya bagi2 waktu deh …

Promotor acara ini tetap Suyono sang kapten sedangkan yang hadir di acara reuni Perkusi kali ini, lumayan tuwir alias mirip kakak angkatan semasa kerja. Jadi … kita2 tergolong muda. Aje gileee, ngaku2 aja kerjaannya.

Simak deh liputannya, supaya gak penasaran. Cuaca di luar sana boleh hujan lebat tapi klo udah ngomongin reuni, kudu hadir. Gitu. Itu baru namanya niat.

                                                Jakarta, 17.12.16

Minggu, 18 Desember 2016

18.12.16 : Drama Tol Cipularang

Minggu pagi, saat mobil dipanaskan, Kk sempat mengingatkan suara mobil koq agak “aneh”. Dia memang gak bisa membawa mobil tapi klo urusin manasin mobil, Alhamdulillah cukup terlatih. Dasar bapaknya sotoy ehh malah menganggap enteng.

Saat kendaraan dibawa ke Bekasi, di tol Cipularang sekitar jam 10.30 ban belakang sebelah kiri meletus dan untungnya ban tubeless sehingga mobil akhirnya memilih minggir untuk ganti ban. Namun sayang 1000x sayang, ban serep ternyata rusak pula.

Untungnya, datang petugas patrol dari Jasa Marga dan membantu abiiiz untuk mencari ban mobil baru ke Cikalog Wetan bahkan hingga Purwakarta. Pasalnya gak semudah yang diduga karena ukuran ban yang agak jarang.

Setelah berjuang hingga saat adzan dzuhur tiba, barulah ban dapat. Kemudian kembali ke lokasi TKP dimana ban mobil pecah. Mulailah mendongkrak dengan bersusah payah. Dibantu petugas Jasa Marga (cuma berdua nih), akhirnya selesai juga.

Setelah selesai, suasana agak adem. Jemput ibu mertua di Sate Maranggi dekat Stasiun Cibungur karena memang pas jam makan siang. Pulangnya menghadang tragedi yang lain, mesin mobil panas dan sempat deg-degan melihat radiator panas luar biasa.

Setidaknya ada 3-4x berhenti untuk mendinginkan mesin mobil yang panas saat menghadapi terjalnya tanjakan di jalan tol Cipularang. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh 2 jam menjadi 4 jam kurang, gitu deh.

Luar biasa memang, drama di tol Cipularang dan gak akan terlupakan. Mana ada malaikat kecil yang lagi liburan. Ada Zita dan Ola. Bersyukur, yang penting tiba dengan selamat hingga di tujuan. Terima kasih Yaa Allah. Pastinya selalu ada kebaikan dibalik peristiwa tadi.

Tetap enjoy.
                                                       Bandung, 18.12.16

Sabtu, 17 Desember 2016

17.12.16 : MSI – Kuliah Umum Prof. Dr. Hasjim Djalal

Jumat tgl 16/12 dapat pesan dari mas Aditya Hatmawan bahwa hari Sabtu tgl 17/12/16 bakal ada pertemuan MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) di Museum Nasional Jakarta tetapi karena sang pembicara merupakan salah satu maestro di bidang hukum laut internasional dan penasaran sejak dulu pengen ikut kuliahnya. Jadi ikutan kuliah Prof. Dr. Hasjim Djalal nih ceritanya.

Dalam ulasan yang disampaikan sejak jam 09.30, sang arsitek Wawasan Nusantara tersebut menjelaskan panjang lebar dan membuat para peserta menyimak dengan baik pokok2 yang disampaikan oleh Hasjim Djalal.

Acara ditutup dengan acara tanya-jawab sekitar 10 pertanyaan dan dilanjut dengan acara makan siang, sebelum para peserta mengambil sertifikat dan pul. Tapi bukan RAM klo langsung pul … pasti nglencer di sekiataran museum. Museum gitu loh.

Sejumlah poin penting yang sempat dicatat penulis yaitu,

- 13/12/1957 dipaparkan sebuah gagasan yang bakal menjadi embrio konsep Wawasan Nusantara.
- Feb 1958, konsep Wawasan Nusantara mulai diperkenalkan dalam sebuah konvensi hukum laut internasional.

- Yang dimaksud freedom of the sea adalah bahwa apa yang ada di dalam laut Indonesia adalah milik bangsa Indonesia.

- Ekspedisi yang dilakukan kapal Global Chalangger menegaskan bahwa di bawah laut terdapat banyak sumber mineral yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia di masa datang, semisal cobalt.

- Merujuk hasil penelitan diatas, pihak Amrik menegaskan bahwa kekayaan alam suatu negara dapat dimanfaatkan oleh siapa pun yang memiliki teknologi. Artinya, buat negera miskin dan berkembang, selamat manyun deh.

- Perkembangan penting selanjutnya adalah, negara2 jajahan Perancis di benua Afrika memerdekakan diri dan ini dimanfaatkan oleh Hasjim Djalal dan Mochtar Kusumaatmadja untuk memuluskan konsep WN dan memasyarakatkan kepada negara2 Afrika tadi.

-  Selain mendekati negara2 Afrika, Hasjim juga berkelana ke negara2 Amerika Selatan agar mendapat dukungan atas ide ZEE 200 mil dari garis pantai.

Jika ada yang gak pas, silahkan dikoreksi. Maklum mendengarkan kuliah saking asyiknya jadi balapan dengan mencatat beberapa poin di gadget yang ada. Blon lagi ngobrol asyik dengan pelukis terkenal Sidik Martowijoyo (79 tahun).


Asal tahu aja. Cerita candi, sejarah dan museum, jangan harap dilewatin begitu aja. Buktinya Sabtu siang itu, usai kuliah sempat nglencer ke pelosok Musem Nasional yang sejak lama diimpikan mo didatengin tapi pura2 sibuk gitu. Ya ujung2nya cuma manis di mulut dan janji kosong aja.

Syukur Alhamdulillah klo gak disiapkan tetapi memang udah jodohnya buat ketemu, ngalir gitu aja. Walhasil, setiap sudut museum boleh dibilang dijamah kamera handphone walau hasilnya gak 100 persen bagus, cuma buat nyenengin diri sendiri aja, oke !

Simak liputannya berikut ini. Enjoy.


Jakarta, 17.12.16.

Selasa, 13 Desember 2016

13.12.16 : Inilah "Mindset" Baru Yang Perlu Diubah Pelaku Usaha di Tahun "Disruption"

Oleh: Rhenald Kasali

KOMPAS.com - Setelah Amerika Serikat memilih Trump, majalah The Economist mencatat: “Bangsa ini telah memberikan suaranya untuk a game changing disruption.”

Old game is over. Seperti kisah tentang akhir zaman, banyak keganjilan dan korban. Ganjil karena mereka memilih Trump, dan ganjil karena perusahaan tanpa aset - tanpa keuntungan valuasinya lebih besar dari perusahaan yang aset dan profitnya besar.

Disruption kreatif dan mematikan incumbent yang takut menjalani perubahan.

Peradapan Trump

Tahun depan, menurut majalah berpegaruh itu, dunia akan memperingati banyak peristiwa penting: 50 tahun Asean, 100 tahun pengambilalihan Rusia oleh kaum Bolshevik, 500 tahun peringatan reformasi Protestan (Martin Luther), dan tentu saja awal pemerintahan Trump.

Setelah Brexit, kecuali Kanada, Barat akan semakin protektif. Trump, kita tahu akan keluar dari kesepakatan Trans-Pacific yang membuat banyak negara pengekspor jungkir balik. Apalagi Trump ingin investornya itu “pulang kampung."

Di lain pihak, banyak negara sudah mempunyai platform yang lebih peaceful terhadap sharing economy sehingga memiliki perizinan terpisah dari bisnis konvensional kendati sektor usahanya sama dengan yang sudah ada. Polanya mengacu pada aturan mengenai bisnis telefon, yang memisahkan perizinan kabel dengan nirkabel. Cara itu terbukti ampuh menyelamatkan AT&T di Amerika, juga PT Telkom di Indonesia.

Akselerasi juga jadi penentu survival di kalangan incumbent dan birokrasi. Jangan kaget bila buku baru Thomas Friedman diberi judul: Thank You for Being Late.

Birokrasi yang masih rumit, pemimpin yang selalu bicara mitigasi resiko (seakan lebih penting dari opportunity), membiarkan industri highly regulated, serba pungutan (sekalipun resmi dan masuk kas negara), hanya menghasilkan rigidity (kekakuan). Sayang bila politisi kita ingin membongkar kembali UU Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sedang menuju pada competence-based leadership.

Internal battle

Pelajaran dari survivability incumbents dalam industri jasa operastor telepon di masa lalu menunjukkan pentingnya menerbitkan perijinan dan regulasi terpisah antara keduanya.

Telkom selamat dan menjadi perusahaan BUMN penyumbang dividen yang besar bagi negara karena bisnis selulernya dikelola perusahaan terpisah (PT Telkomsel). Sebaliknya, pertarungan terjadi dalam industri jasa taksi--dan kelak pada industri perbankan, asuransi,
logistik dan pariwisata--karena para pelaku disruption yang menggunakan platform sharing economy “dipaksa” berkegiatan dengan regulasi yang lama yang dilakukan pelaku usaha konvensional.

Ketika perizinan dan regulasi diperlakukan sama, yang akan menjadi korban justru incumbent, bukan pelaku usaha baru, karena hukum alamiah menandaskan pertempuran internal yang mematikan.

Internal battle seperti itu pernah terjadi di Kodak saat mereka menemukan teknologi kamera digital (1975). Inovasi itu akhirnya diambil Sony dan para pembuat telepon genggam, karena di dalam Kodak, terjadi battle tiada akhir.

Orang-orang lama selalu khawatir produk baru atau business model baru selalu akan menganibal pekerjaan dan bisnis mereka. Maka mereka kerap melempar gunjingan dan isu-isu negatif agar perusahaan mengurungkan niatnya mengembangkan bisnis baru yang belum menghasilkan keuntungan dalam janga pendek.

Sementara meski turun, bisnis lama masih untung. Mereka memanipulasi mindset top leader bahwa usaha/produk lama itulah yang harus diperkuat, di reinvestasi, di iklankan dan seterusnya. Mereka lalu memerangkap RVP perusahaan (Resources, Process dan Values) ke dalam mindset lama mereka.

Internal battle terbukti mematikan Kodak. Itu sebabnya disruptive innovation tak datangdari dalam incumbent. Lemari es tak diciptakan oleh para produsen es batu. Cellular phone tak dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan operator telekomunikasi, demikian juga toko buku online dan taksi online. Jawabnya karena internal battle dan mindset lama yang mematikan.

Supply-Demand Berubah

Teori Supply-Demand yang dulu kita pelajari juga akan berubah. Teori lama ini bahkan telah menghambat penemu teori-teori baru dalam membaca realita.

Christensen yang memperkenalkan teori disruptive innovation misalnya, gagal melihat bahwa iPhone adalah karya disruption. Pada tahun 2007 ia memprediksi iPhone akan gagal melawan Nokia dan Blackbery karena baterainya lemah dan security-nya tak bisa mengimbangi Blackberry.

Christensen baru mengakui iPhone beberapa tahun kemudian setelah menyaksikan kekuatan Apps yang dikembangkan para kolaborator indeprnden dan diakomodir Apple. Apps yang berada dalam iPhone menjadi sumber penentu disruption yang justru amat kuat. Ia mengubah pandangan kita tentang supply dalam theory of the firm yang kita kenal sebagai single producer.

Tahun lalu Christensen kembali membuat heboh ketika mengatakan Uber bukanlah disruptive innovation. Benar bahwa Uber tidak mulai dari tarif yang murah. Teori ini memprediksi disruption akan terjadi kalau pendatang baru menciptakan pasar baru melalui teknologi (inovasi), atau menbidik segmen Low-end melalui produk yang simple, accessible dan affordable.

Uber pada tahap awal tidak masuk dalam frame itu. Seperti Iphone, pernah tarifnya lebih mahal dari incumbent. Uber hanya mengumpulkan orang-orang yang mau cari uang tambahan dari mobilnya yang sedang menganggur untuk menarik sewa.

Saat jumlahnya masih terbatas, Uber datangnya lebih lama dari taksi biasa, sehingga hanya mendapatkan penumpang konvensional yang sekedar ingin coba-coba.

Tetapi kini potensi menghancurkan bisnis incumbent Uber begitu besar. Ini karena business model sharing economy yang didukung teknologi aplikasi. Para kritisi mengatakan Christensen dibutakan konsep lama mata rantai nilai supply-demand yang kini tak lagi tunggal seperti yang kita lihat dalam owning economy.

Dulu, mindsetnya adalah beli, miliki, kuasai, lengkapi sendiri, slow but sure, dan tanggung akibatnya kalau aset menganggur. Mindsetnya birokratik, beli dan kuasai, mengerem dengan dalih mitigasi resiko atau compliance.

Ini diingatkan oleh filosofer Charles Handy dengan metafora begini. Cara berpikir (mindset) kita dibentuk oleh ruangan di rumah. Ada ruang tamu milik kita bersama, saya dan orang lain melihat hal yang sama. Yang kedua, ruang privat, hanya saya saja yang mengetahuinya dan saya sangat memahaminya. Lalu ada ruang misterius yang, baik anda maupun saya sama-sama tidak tahu.

Tapi yang berbahaya adalah ruang keempat yang hanya diketahui orang lain, tapi kita tidak tahu dan tak menyadari itu ada. Akibatnya kita hanya menyangkalnya saja.

Itulah bekal perubahan yang perlu anda renungkan dan kelak akan anda temui dalam buku baru saya yang akan terbit tahun 2017: Disruption Theory dalam Peradaban Uber dan Gojek. Selamat Menjalankan disruption. Your Mindset determines your destiny.


Sumber : Kompas, 13.12.16.


Jumat, 09 Desember 2016

09.12.16 : Sharing Session – Meratus Line

Secara historis, hubungan emosional dengan Meratus Line nyaris sama dengan pertemanan dengan insan di Samudera Indonesia Tbk. Karena sempat lama mengenyam pendidikan di 2 (dua) institusi ini.

Makanya gak heran, klo di hari Jumat 09/12 pagi sempat diminta kasih sharing dan ngobrol bareng kawan2 lama, selain ada juga staf baru yang pengen tahu tentang layanan kereta barang di Pulau Jawa.


Syukur Alhamdulillah, topik obrolan berjalan baik dan dikasih buku kenang2an oleh teman2 Meratus. Terima kasih dan salam sejahtera selalu. Keep in touch ya.


SuRaBaYa, 09.12.16.