Kamis, 22 Juni 2017

22.06.17 : Buk-ber Tim BizDev KALOG

Menjelang dekat2 hari Lebaran ... hanya tim Business Development (BD ato BizDev) yang blon sempet ngadain acara buka puasa bersama alias buk-ber. Kali ini diniatin, cari lokasi agak jauhan dikit dari kantor he 3x ... Biar kelihatannya mandiri.

Selama ini buk-ber ato klo ngajak makan Customers ya deket2 kantor KALOG lah. Berhubung inipun waktunya agak panjang yaitu usai beres jam kerja, jadi gak perlu balik kantor, ya sah2 aja sih.

Kamis tgl 22/06 akhirnya Tim BD jadi juga ngadain acara buk-ber di Resto Mama Malaka di Green Pramuka Square sono. Dokumentasi terlampir.

                                                        JaKaRTa, 22.06.17

Senin, 19 Juni 2017

19.06.17 : Selendang Mayang Tangerang

Inilah uniknya republik ini. Nama2 makanan dibuat seseram mungkin ato unik sehingga orang yang pesan dibuat jadi pe-de alias percaya diri. Coba pesan menu kapal selam, biji salak ato selendang mayang. Yang terakhir rasanya ketemu puteri ayu ehh munculnya makanan juga.

Ceritanya, pas pulan rapat dengan Tim Banjar Soetta di Tangerang. Pas lewat depan masjid, ada tukang gerobak dorong dengan tulisan Selendang Mayang. Siapa tahu yang jual artis yang terkenal itu, dan mampirlah. Ehh jebulane yag jual mamang2 juga.

Karena udah kepalang berhenti, pesan 3 (tiga) bungkus Selendang Mayang dan Pisang Ijo deh buat buka puasa karena perkiraan saat itu, kalo pulang dari Tangerang jam 17.00 dipastikan sampe Stasiun Gondangdia minimal butuh 90 menit ato 1,5 jam.

Jadilah petualang menembus kemacetan jagat Tangerang – Jakarta dan setibanya di Gondangdia, langsung buka bareng diparkiran mobil ha ha ha. Syukur Alhamdulillah selamat di tempat tujuan. Itu aja.

Rekomendasi buat penggemar kuliner ini, recommended. Uenak bingitz, pengen lagi ha ha ha.

Berikut ini sekelumit cuplikan saat KALOGers membeli Selendang Mayang.

                                                    TaNGeRaNG, 19.06.17

Minggu, 18 Juni 2017

18.06.17 : Piknik Disela-sela Posko Angleb 2017

CiReBoN : Kegiatan Posko Angkutan Lebaran (Angleb) 2017 bagi insan perkeretaapian, biasanya dilakukan di berbagai kota dan stasiun di Tanah Jawa.  Khusus tahun ini, areanya menyebar di Jawa Barat dan kudu memikirkan angkutan kesananya.

Pasalnya, ada Jatibarang (JTB), Purwakarta (PWK) dan Bogor (BOO) serta. Stasiun besarnya ada Cirebon Prujalan di Daop 3 Cn dan Pasar Senen (PSE) di Daop 1 Jak. Tahun ini sama sekali gak nyangkut ke Stasiun Bandung (BD) sama sekali ha ha ha …

Kebetulan kali ini dapat H1 di JTB dan H2 di Cn. Karena posko siang maka paginya meluangkan waktu piknik ke tempat wisata terdekat di dalam kota Cirebon dengan diantar staf CSOS Stasiun Cirebon, thanks Rizky.

Dua area piknik yang sempat disambangi yakni 1) Keraton Kasepuhan Cirebon dan 2) Goa Sunyaragi. Berkeliling dengan memanfaatkan taksi online dan memang, terbantu bingitz dan gak repot jadinya. Booked, Ride & Pay. So Simple.

Keraton Kasepuhan (mengutip dari Wikipedia dengan sejumlah penyempurnaan), adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo di dalamnya.

Keraton Kasepuhan adalah kerajaan islam tempat para pendiri cirebon bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon berdiri. Sayangnya, gak sempat mampir ke museum karena keterbatasan waktu tapi sempat berkeliling ke setiap sudut keraton diantar abdi dalem.

Museum keraton memiliki catatan yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka serta lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dimiliki yaitu kereta Singa Barong yang merupakan kereta kencana Sunan Gunung Jati. Kereta tersebut saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.

Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Di dalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja. Yang jelas, setiap ornament dan aksesori yang ada, memiliki makna dan simbol. Toooop abiiiz.

Sekilas tentang Goa Sunyaragi, kita cuplik dari Wikipedia sebagai berikut. Gua Sunyaragi adalah sebuah gua yang berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon di mana terdapat bangunan mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, ato Taman Air Sunyaragi, ato disebut juga Tamansari Sunyaragi.

Nama "Sunyaragi" berasal dari kata "sunya" yang artinya adalah sepi dan "ragi" yang berarti raga, keduanya adalah bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya.

Yang menarik dari bahan bangunan candi tsb yakni batu2 karang sehingga kesannya kokoh dan seram tapi kesannya kuat. Dari sisi estetika agak kurang gimana gitu tetapi tetap saja buat generasi penerus, wajib mengunjunginya.

Sejarah berdirinya gua Sunyaragi memiliki dua buah versi, yang pertama adalah berita lisan tentang sejarah berdirinya Gua Sunyaragi yang disampaikan secara turun-temurun oleh para bangsawan Cirebon atau keturunan keraton. Versi tersebut lebih dikenal dengan sebutan versi Carub Kanda.

Versi yang kedua adalah versi Caruban Nagari yaitu berdasarkan buku Purwaka Caruban Nagari tulisan tangan Pangeran Kararangen atau Pangeran Arya Carbon tahun 1720. Sejarah berdirinya gua Sunyaragi versi Caruban Nagari adalah yang digunakan sebagai acuan para pemandu wisata gua Sunyaragi. Menurut versi ini, Gua Sunyaragi didirikan tahun 1703 Masehi oleh Pangeran Kararangen, cicit Sunan Gunung Jati. Kompleks Sunyaragi lalu beberapa kali mengalami perombakan dan perbaikan.

Menurut Caruban Kandha dan beberapa catatan dari Keraton Kasepuhan, Tamansari dibangun karena Pesanggrahan Giri Nur Sapta Rengga berubah fungsi menjadi tempat pemakaman raja-raja Cirebon, yang sekarang dikenal sebagai Astana Gunung Jati.

Hal itu dihubungkan dengan perluasan Keraton Pakungwati (sekarang Keraton Kasepuhan Cirebon) yang terjadi pada tahun 1529 M, dengan pembangunan tembok keliling keraton, Siti Inggil, dan lain-lain. Sebagai data perbandingan, Siti Inggil dibangun dengan ditandai 
candrasengkala Benteng Tinataan Bata yang menunjuk angka tahun 1529 M.

Dokumentasi hasil piknik singkat, silahkan dilihat foto2nya dibawah ini. Tujuan Posko tetap ada tapi jangan sampe menghabiskan waktu untuk sesuatu yang kurang bermanfaat. Intinya, bisa2nya kita lah he he he.


CiReBoN, 18.06.17.

Kamis, 15 Juni 2017

15.06.17 : Renungan - MBAH AL FATIHAH

(Sebuah kontemplasi kehidupan rakyat kecil yang tidak mengenal gaji ke-13, THR...) 

"Wah…pisangnya bagus-bagus Mbah…", kataku sembari berjongkok di depan perempuan sepuh yang berjualan di pinggir jalan depan pasar.

"Lha monggo dipundut (dibeli)...", kata perempuan itu riang.

Sungguh sudah sangat sepuh, rautnya penuh kerut. Kulitnya hitam. Kurus badannya.
Tapi suaranya cemengkling  masih nyaring, riang. Giginya terlihat masih utuh.

"Ini kepok kuning… bagus dikolak.
Ini kepok putih… kalau digoreng sangat manis.
Lha kalau itu… pisang pista, kulit tipis… harum manis.
Tapi jangan dibeli karena belum mateng".

Aku hanya diam memperhatikan gerak tangannya yang cekatan, meskipun telah ndredheg (gemetar).

"Sudah lama jualan, Mbah…?"

"Belum, ini ngejar rejeki buat lebaran."

Putranya berapa Mbah?"

"Kathah_ (banyak) ..… pada glidik (kerja)…"_

"Kok nggak istirahat saja to Mbah… siyam-siyam kok jualan"

"Lha nggih, ini karena siyam niku to, nggak boleh istirahat..."
Mumpung Gusti Allah paring (beri) sehat…"

Aku tercenung dengan jawaban perempuan sepuh itu....
Kulihat tangannya mengelap  kening dan dahinya yang dlèwèran (bercucuran) keringat dengan selendang lusuhnya.

Diantara para penjual ‘liar’ dipinggir jalan depan pasar itu, perempuan sepuh ini satu diantaranya yang menggelar dagangan tanpa iyup iyup (peneduh). Padahal hari itu panas luar biasa.

"Kalau pulang jam berapa Mbah?"

"Jam tiga sudah pulang ..…, lha ada kewajiban nyiapkan wedang (minum) buat anak-anak TPA.".

"Kok kewajiban, yang mewajibkan siapa Mbah ?"

"Nggih kula_, (ya saya sendiri) …"

"Ooo…begitu…. Setiap hari, selama puasa?"_

“Inggih… wong cuma  anak limapuluhan..."

"Wah panjenengan (anda) hebat nggih Mbah…"

"Halah cuma wedang sama pegangan kecil-kecil...
Yang penting bocah-bocah rajin ngaji…, mbah sudah seneng.
Jangan bodoh kaya Mbah ini yang cuma bisa Fatihah..."

Aku makin tercekat. Kumasukkan semua pisang yang ditawarkan ke dalam tas kresek.

"Kok banyak banget... mau buat apa, mas? Tanya si mbah heran.

Aku hanya tersenyum. "Semua berapa Mbah?"

Perempuan sepuh itu menyebutkan nominal yang membuatku tercengang....
"Kok murah banget Mbah…"

"Mboten (ah enggak) … itu sudah pas, ini bukan pisang kulakan (dari beli), panen kebun sendiri..."

"Nggih…matur nuwun…"_ kataku sembari mengulurkan uang.

"Aduh… nggak ada kembalian , belum _kepayon_ (laku)…"

"Saya tukar dulu Mbah…"

Aku sengaja meninggalkan perempuan sepuh itu.
Pisang telah kuletakkan di mobil. Mesin mobil pun kunyalakan....
Agak menjauh dari perempuan sepuh itu..

Kumasukkan beberapa lembar uang sepuluh ribuan yang masih baru, ke dalam amplop,
Cukup dibagi satu satu untuk anak TPA yang katanya berjumlah limapuluhan tadi.
Penutup lem amplop kubuka lalu kurapatkan.

Ini mbah, sudah saya tukar, sudah pas nggih..."

Perempuan sepuh itu menerima amplop masih dengan tangan dredheg gemetar.
Tanpa menunggu jawaban, aku segera pergi.

Esoknya aku mampir lagi…tapi kosong
Berikutnya aku mampir lagi…kosong juga.
Penasaran kutanyakan pada ibu pedangang sebelahnya.
"Mbahe kok nggak jualan Mbak?"

"Oh nggak, beliau … jualan kalau panen pisang aja. Sampeyan to yang kemarin ngasih amplop. Walah Mbahe nangis ngguguk (tersedu2) ..… jare bejo, (katanya beruntung) & dapet qodaran."

Barangkali yang dimaksudkan adalah lailatul qodar. Malam yang konon lebih baik dari 1000 bulan.
Para malaikat turun dari langit. Ke langit hati kita. Menyelesaikan segala urusan.
Allah melapangkan rejeki dan kemuliannya bagi yang dikehendaki,
Pun mempersempit bagi yang dikehendaki pula...
Rejeki sesuai kapasitas kita.
Lantas siapakah yang mendapatkannya ??
………………..
Barangkali perempuan sepuh inilah yang mendapatkannya.
Bukan karena ia ahli ibadah...
Bukan pula karena I’tikafnya yang  kuat di masjid.
Tapi dialah pelaksana dari yang katanya ‘hanya’ bisa fatihah itu.
Kesungguhan I’tikaf yang luar biasa.
Bertindak, berlaku, dan berpasrah dalam keriangan rasa.
I’tikaf di masjid yang digelar dalam keluasan yang maha.
Bukan masjid yang sekedar bangunan ibadah.
Kecintaannya yang sederhana dengan penyiapan wedang dan penganan bagi limpuluhan bocah selama puasa, sungguh bukan perkara mudah.
Hanya cinta tuluslah yang bisa.

……………..

Aku jadi teringat  pertanyaan teman, tentang pencapaian Lailatul Qadar.

Benarkah memang ia turun di 10 hari terakhir malam ganjil?

Maka …malam terbaik dari 1000 bulan bukanlah instan...

Tak bisa dijujug dengan akhiran...semua butuh proses…. karena karunia terindah butuh wadah.

Yang dibangun dengan mengais kebaikan, sebelum, selama dan sesudah Ramadhan.

Itulah sesungguhnya QODARAN.

*******
Selamat menjemput Lailatul Qadar.


Sumber : Gak ditulis namanya tapi mohon ijin untuk dibagi ya.

Minggu, 11 Juni 2017

11.06.17 : From Bazaar To Bazaar

Kegiatan isteri sehari-hari merancang dan mendisain baju muslim, dengan spesialisasi bahan kaos tetapi kadang membuat juga disain lain dengan bahan lain. Lantas diapain aja tuh baju ? Ya dijual melalui online tetapi juga melalui kegiatan bazaar yang dikuti di berbagai kota.

Cukup repot karena harus memobilisasi perlengkapan, seperti manikin, etalase dan lain-lain tetapi ya dinikmati aja. Inshaa Allah sebagai bagian dari ibadah untuk memasyarakatkan hijab dan cara berpakaian dengan baik sebagai seorang muslimah.

Minggu ini kegiatan cukup padat, membuka 2 (dua) stand walau gak sekaligus. Pertama di halaman Mesjid Salman dalam Ramadhan Festive dan ke-2, juga bazaar dalam rangka bulan Ramadhan, tempatnya di Mesjid Trans Studio, keduanya di Bandung.

Dokumentasi keduanya, silahkan dilihat. Mohon maaf  jika kurang lengkap karena merekam ala kadarnya untuk dokumentasi terbatas. Oh iya. Merek dagang yang dipake yakni busana muslimah D’Aina.

                                             BaNDuNG, 11.06.17

Sabtu, 10 Juni 2017

10.06.17 : Arisan + Buk-ber Keluarga Bandung

Seperti keluarga maupun individu lainnya, kegiatan yang beragam bisa terjadi dimana saja kapan saja. Aktifitas terpopuler selama bulan suci Ramadhan selain puasa, yakni meng-khatam-kan kitab suci Al Quran serta shalat tarawih. Satu lagi yang lagi mode : buka puasa bersama (buk-ber).

Syukur Alhamdulillah hampir semua hadir dan diamanahkan oleh Emak (baca : ibu mertua) bahwa kerukunan antar keluarga harus tetap diutamakan, jangan sampai tercerai berai. Inshaa Allah, kita akan bérupaya menjaga amanahnya dengan baik.

Acara dilanjutkan dengan arisan anak2 dan arisan keluarga (orang dewasa), sebelum akhirnya ditutup dengan foto bersama.

Dokumentasi kegiatan, terlampir.


BaNDuNG, 10.06.17.

Senin, 05 Juni 2017

05.06.17 : Buk-ber Di RM Sari Boboko

Persahabatan bagai kepompong

Begitulah sepenggal lirik lagu pop yang sempat terkenal beberapa waktu lalu. Tapi yang mo diceritain disini adalah, berkawan gak mengenal ras, suku ato agama. Yang penting rukun dan tetap menjalin jaringan dengan baik.

Saat ini maupun nanti, jaringan itu sangatlah menentukan. Disadari ato ngga, kita harus tetap yakin bahwa jalinan persahabatn biasanya jauh lebih langgeng ketimbang sodara sekalipun.

Dengan sodara, bisa jadi ketemuannya cuma sebulan sekali di acara arisan ato sekali setahun pas acara Lebaran dan lain-lain. Tapi dengan kawan seperjuangan ato temen main, jauh lebih sering frekuensinya.

Itulah makanya, sering disebut sahabat lebih dekat ketimbang sodara sendiri. Percaya ato ngga, itu khan tergantung pengalaman masing2 juga. Nah berkaitan dengan itu, manajemen materials Indonesia setiap tahun rutin deh ngajak buk-ber.

Gak ada hubungan khusus kecuali berteman. Klo diceritain sekarang, khawatir panjang dan bosen. Mungkin lain kali. Ini sekedar cuplikan acara buka puasa bersama (buk-ber) di RM Sari Boboko daerah BSD sono deh.

Thanks to Victor & wife, Jeffrey, Ika and Materials team. Thanks for the dinner.
Enjoy.

                                                          BSD, 05.06.17

Kamis, 01 Juni 2017

01.06.17 : Upacara Gambir + Bukber Bandung

Kamis tgl 01/06 awalnya punya rencana mudik, nganter isteri tercinta. Seperti diketahui, isteri ikutan bazaar di Graha Mandiri selama 3 (tiga) hari mulai Senin sampe Rabu 29-31/05/17 dan seperti biasa bawa produk sendiri, D’Aina. Niatnya Kamis subuh mo pulang ke Bandung.

Berhubung ada info mendadak di Rabu 31/05 sore bahwa Kamis tgl 01/06 ada upacara dan diwajibkan hadir, maka rencana yang akan pulang jam 01,00 Kamis dinihari jadi mundur jam 10.30 pagi.

Ceritanya, usai upacara peringatan hari lahir Pancasila di Stasiun Gambir Jakarta, langsung deh meluncur ke Bandung dan sorenya karena udah janji mo ngajak ibu mertua buka bersama, Bareng Kk dan juga isteri.

Dokumentasinya, terlampir. Malamnya terus balik ke Jakarta. Gitu deh.

                                                    Jakarta, 01.06.17.