Senin, 09 November 2020

09.11.20 : Ghazwul Fikri Itu Nyata! Pertarungan Pemikiran Yang Tak Disadari Oleh Ummat Islam

 muslimnews 14 Oktober

 

Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan :“Syari'at Islam”

Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata,

"Anak-anakku Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.

Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!"

Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti.

Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya,

kian lama kian cepat. Murid-murid pun semakin cepat menyerukan antara kata kapur dan penghapus dengan belepotan.

Beberapa saat kemudian sang Guru kembali berkata,

"Baik anak-anak, sekarang perhatikan! Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus," jika saya angkat penghapus,

maka katakanlah "Kapur" kalian paham?" Anak-anak pun mengangguk mendengar penjelasan Ibu Guru

Dan permainan pun diulang kembali.

Pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Fakta tukar menukar nama benda tersebut memang sedikit membingungkan otak mereka. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk dalam menyebutkan fakta bohong penukaran nama benda tersebut. Anak-anak nampak tertawa-tawa dengan permainan bu Guru tersebut.

Selang beberapa saat, Permainan berhenti. Sang Ibu guru tersenyum kepada murid-muridnya.

"Anak-anak, begitulah ummat Islam saat ini, Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang Haq itu Haq! Dan yang Bathil itu Bathil...!!! Namun kemudian,

musuh-musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang Haq itu menjadi Bathil, dan sebaliknya yang bathil menjadi seolah-olah benar."

"Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi pada akhirnya karena hal bathil tersebut terus disosialisasikan dan dibisikkan dengan cara-cara menarik dan halus oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu...Dan kalian pun mulai dapat mengikutinya."

"Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika serta adab yang telah diajarkan dalam Islam, contohnya"

1. Keluar berduaan, berkasih-kasihan yang dahulu adalah sesuatu yang tabu dan memalukan, saat ini tidak lagi menjadi sesuatu yang tabu dan tak bermoral, bahkan banyak orangtua yang mendukung anaknya untuk mencari pacar.

2. Zina tidak lagi jadi persoalan yang tabu, bahkan pelakunya malah merasa bangga telah melakukan perzinahan.

3. Pakaian seksi menjadi hal yang Lumrah,

4. Sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trending. Bahkan banyak anak muda-mudi yang merasa malu dan kurang gaul jika belum pernah berhubungan sex.

5. Materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, kalau tidak pamer harta kekayaan rasanya kurang afdhol, lihatlah sebagian artis dan selebriti muslim di Indonesia.

6. Korupsi menjadi kebanggaan, dan lain lain. Para koruptor tidak ada malunya tersenyum di depan kamera, padahal mereka sedang menjadi pesakitan berbaju oranye.

"Begitulah anak-anakku sekalian.. semuanya sudah terbalik ya Allah.."

"Dan... tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit akan menerimanya."

"Bagaimana anak-anakku? Apakah kalian paham apa yang ibu jelaskan tadi?", tanya Guru kepada murid-muridnya.

"Paham Bu Guru! Ya Allah ngeri ya bu!"

"Baik anak-anak, memang Ghazwul Fikri sangatlah mengerikan, jika kalian tak bersiap-siap, maka akan tergilas"

Ibu Guru melanjutkan.

"Baik anak-anak, Ibu punya permainan kedua nih buat kalian pecahkan. Bu Guru ada Qur'an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet."

"Quran itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet."

"Sekarang kalian anak-anakku sekalian coba berdiri di luar karpet."

Anak-anak pun menuruti apa yang Ibu Guru instruksikan. Mereka semua berdiri mengelilingi karpet tersebut.

"Nah.. Permainannya adalah, Bagaimana caranya kalian mengambil Qur'an yang ada di tengah itu kemudian kalian tukar dengan buku lain, tanpa kalian terjatuh atau menginjak karpet?"

Murid-murid pun pada berpikir dan tampak berdiskusi.

"Hayoo.. siapa yang bisa.." bu Guru memanas-manasi muridnya.

Ada anak yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil, nihil mereka tetap menginjak atau terjatuh dan menekan permukaan karpet tersebut.

"Susah bu Guru" Murid-murid pada komplain.

"Susah ya, baik ibu beritahu caranya ya"

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar kepada murid-muridnya. Dari sisi karpet digulungnya karpet perlahan-lahan hingga Al-Qur'an mendekat ke sisi bu Guru, Anak-anak pun melihat dengan seksama sambil ber "ooo" panjang, dan bu Guru mengambil Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme!

Bu Guru memenuhi syarat, tidak terjatuh atau menginjak karpet.

"Nah..., Anak-anakku sekalian kalian sudah lihat kan cara ibu mengganti Al-Qur'an dengan buku lain?" Anak-anak pun mengangguk.

"Begitulah gambaran ummat Islam dan musuh-musuhnya"

"Musuh-musuh Islam tidak akan menghancurkan atau menginjak-injak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah."

"Bahkan seorang kriminal yang muslim pun tidak akan rela kalau Islam dihina di hadapan mereka."

"Tetapi mereka mempunyai cara halus untuk menaklukkan kalian, mereka akan menggulung akhlak, adab dan etika kalian secara perlahan-lahan dari pinggir, halus banget sehingga kalian pun sama sekali tidak menyadarinya. Kalian tak akan melakukan perlawanan.. halus, perlahan kalian terikut arus yang mereka ciptakan tanpa perlawanan sedikitpun jika kalian tak bersiap-siap dari sekarang."

"Jadi anak-anak.. Ibu kasih contoh lain, ibarat seseorang yang ingin membuat rumah yang berdiri kokoh, maka yang harus ditanamkan pertamakali adalah pondasi yang kuat. Begitulah umat Islam. Jika pondasinya ingin kuat dan kokoh, maka bangunlah aqidah yang kuat."

"Sebaliknya, jika ingin membongkar sebuah rumah, tentu susah kalau pondasinya dahulu yang dibongkar. Lebih mudah jika hiasan-hiasan dindingnya dikeluarkan terlebih dahulu, atap gentengnya dicopot, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru kemudian rumah dihancurkan!" 

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam kalian terang-terangan, tetapi mereka akan perlahan-lahan meletihkan kalian, memutarbalikkan akhlak, etika dan adab yang benar dianggap salah. yang salah mereka jadikan benar di mata kalian."

"Contohnya mulai dari perangai akhlak kalian, sehingga kalian tidak malu lagi mencaci maki "anjing-anjing" kepada teman kalian, ketimbang menggunakan "subhanallah" atau "astaghfirullah" belum lagi cara hidup, pakaian kalian dan lain-lain semuanya perlahan-lahan kalian tinggalkan tuntunan Islam sejengkal demi sejengkal."

"Sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi sedikit tanpa kalian sadari. Bahkan sampai suatu saat kalian malah merasa malu untuk mengakui identitas keislaman kalian karena dianggap kurang gaul."

"Jika hal tersebut terjadi, maka selesailah sudah pertarungan pemikiran tersebut. Mereka berhasil dan kalian generasi Islam telah kalah bertarung. Dan itulah yang mereka inginkan untuk terjadi...!!!"

"Ya Allah.. ngeri bu Guru.." beberapa anak menjerit. Yang lain nampak terdiam.

"Terus kami harus gimana bu Guru? Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?" Tanya Seorang murid.

"Jadi anak-anakku sekalian sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang kita, misalnya Saat Perang Salib, tapi mereka sulit untuk menggentarkan hati ummat Islam jika berhadap-hadapan langsung di medan perang. Karena prinsip ummat islam adalah "isy kariman au mut syahidan" hidup mulia atau mati syahid. Namun sekarang... tidak lagi, sudah sangat berbeda."

"Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur."

"Tetapi jika diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar. Lalu mereka bangkit serentak."

"Baiklah anak-anak, selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo'a dahulu sebelum pulang ya.."

"Bentar Bu Guru.. kami harus melakukan apa dalam perang pemikiran ini?"

"Jangan tinggalkan islam, jangan tinggalkan Al-Qur'an, ikutin pengajian agama, tonton kajian para ustadz di YouTube. Pokoknya lakukan kegiatan apapun yang bisa mendekatkan kalian pada agama ini."

"Jangan pernah malu untuk menunjukkan identitas keislaman kalian. Semoga Allah senantiasa membersamai perjuangan kita ya anak-anakku sekalian.." Tutup Bu Guru

"Aamiin ya Allah!!!" Anak murid serempak mengaminkan doa ibu guru tersebut. 

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.

***

Sobat imuslimnews, ini semua adalah fenomena “Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran)”

Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam.

Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:

"Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka,

sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu." (QS. At-Taubah 9 : 32)

Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata dan program acara di TV yang membius ummat Islam.

Tujuannya untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya Generasi Muda Muslim

Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui Media Massa, Grafiti dan Elektronik, Tulisan-tulisan dan Talk show, hingga tak terasa merasuk ke dalam pikiran anak-anak kita.

Maka tampak dari ‘Luar’ masih Muslim, Padahal ‘internal dalam’ jiwa ummat, Khususnya generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum).

Maka rasakan dan Pikirkanlah itu! Dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara..ingatlah akan Hari Pengadilan....!!!

Wallahu a'lamu bishshawab

(H. Muh Nur Abdurrahman)

Ghazwul Fikri Itu Nyata! Pertarungan Pemikiran Yang Tak Disadari Oleh Ummat Islam

October 14, 2020 / ilustrasti : savanapost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar