MaLaNG: Dalam sebuah kesempatan jalan-jalan ke kota Malang, kami merapat ke wilayah kepurbakalaan
dimana didalamnya terdapat Candi Singosari. Bagus, cuma sayang
peninggalan warisan sejarah yang sedemikian indah harus porak poranda akibat
ketidakpedulian kita.
Dari perwujudan napak tilas hari Sabtu 21/02 lalu (cek
catatan harian di tgl 21/02 : Tour de Malank Melintank, yang tersisa
hanyalah sebuah Candi Singosari (yang dikenal sekarang), 2 (dua) patung Buto
(ada yang menyebut itu adalah arca Dwarapala) serta sebuah pentirtaan /
pemandian namun itupun kurang terawat baik.
Tulisan sejarah dibawah ini, banyak merujuk kepada sebuah
buku saku karangan Drs. Suwardono yang
berjudul "Candi
Singosari : Riwayat Runtuhnya Singosari Dibawah Kekuasaan Prabu
Kertanegara" dan ringkasan
tulisan karya Prof.
Dr. Slamet Mulyono, dengan judul "Kertanegara dan Runtuhnya
Singosari".
Kepengennya sih mengetahui sepak terjang kerajaan
Singosari, seperti halnya ekspansi kerajaan Majapahit yang lumayan lengkap
kronologis serta peninggalannya tetapi sumber-sumber yang terbatas, menyebabkan
masyarakat tahunya sebatas masa keruntuhan kerajaan Singosari. It's ok, yang
penting masih ada sisa-sisanya deh.
Sekarang, yuuuk mengenal Candi Singosari aja. Apa iya
peninggalan kerajaan gede seperti Singosari hanya meninggalkan sebuah candi dan
seperangkat arca yang dideret di pelataran area percandian ? Gak juga 'lah.
Keganasan tangan penguasa dan orang jahil saja yang menyebabkan separuh sejarah
negeri ini hilang tak berbekas. Ironis khan ?
Alkisah, sekitar awal abad 19 (tahun 1800-1850), orang
menyebut Candi Singosari dengan nama "Candi Menara" (karena bentuknya seperti menara). Seorang ahli
purbakala Eropa,
W.F. Stutteirheim pernah menyebut dengan nama "Candi Cella" karena banyaknya celah yang terdapat dalam candi
tsb.
Menurut laporan W. Van Schmid yang
mengunjungi candi ini di tahun 1856, penduduk setempat menyebutnya dengan
nama "Candi
Cungkup". Namun nama yang
tersering disebut adalah Candi Singosari. Tak heran, selain ingin memunculkan
nama Singosari, juga karena letaknya di area Singosari. Sebagian masyarakat
menamai "Candi
Renggo" karena lokasinya
terletak di Desa Candirenggo.
Secara sejarah, kitab "Pararaton" menyebutkan tentang tempat pendharmaan raja
Kertanegara, nama bangunan peringatannya disebut "Purwapatapan". Nah, permasalahannya, apakah dapat diduga bahwa
Purwapatapan itu sama dengan Candi Singosari ?
Dimana bisa melihat peninggalan Candi Singosari ini ?
Letaknya, berada di Jalan Kertanegara, Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang. Dari Kota Malang sekitar 10 km ke arah utara dan
masih boleh dibilang dekat kawasan perkotaan.
Ato kalo berangkat dari ibukota Jawa Timur yaitu Surabaya, berjarak 88
km, kearah selatan.
Lantas, siapa sih orang yang berjasa membuat laporan
tentang Candi Singosari ini ? Yang menemukan pertama kali sulit diketahui
tetapi yang pertama kali membuat laporan kepurbakalaan adalah Nicolaus
Engelhard, seorang Belanda yang menjabat Gubernur Pantai Timur Laut Jawa (Gouvernor
van Java's Noord-Oost-Kust) tahun 1801.
Ia melaporkan adanya reruntuhan bangunan candi di daerah
tandus Malang dalam tahun 1803. Akhirnya, selama tahun 1901-1904 Komisi Arkeologi Belanda mengadakan penyelidikan dan penggalian. Baru
tahun 1934,
Departemen Survei Arkelologi dari Hindia Timur Belanda merestorasi candi dan selesai tahun 1937.
Tahun penyelesaian pekerjaan digoreskan pada batu kaki candi di sudut barat
daya.
Catatan:
Terlampir kumpulan foto-foto yang sempat diabadikan
selama kunjungan ke Candi Singosari, Malang.
(Bersambung ke bag..2/2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar