Kamis, 19 Februari 2015

19.02.15 : I m l e k



Entah mana ejaan yang benar. Setiap melihat koran ato spanduk yang ada, kadang berbeda satu sama lain. Ngerinya punya makna lain. Gitu.

Bagi yang merayakan Imlek ato Tahun Baru Cina, selamat ya. Ungkapannya sering ditulis Gong Xi Fat Cai. Lantas, seberapa besar peran Gus Dur mantan Presiden RI ke-4 itu, sehingga tradisi dan budaya Tiongkok kembali menjamur.

Terima kasih yang sudah mau berbagi kisah sehingga kita bisa memahami Imlek dan budaya lainnya untuk memperkaya khazanah budaya negeri yang terkenal dengan "Bhinneka Tunggal Ika", walau berbeda tetap satu !

Juga saat makan siang, ada keluarga keturunan yang makan bakso di sebuah warung. Dalam kesendirian, sempat terhenyak saat seorang anak yang "kurang beruntung" alias memiliki kelainan, diapit oleh ayah ibunya yang dengan penuh kasih sayang membimbingnya duduk memesan bakso.

Kami sungguh bersyukur, dikarunia seorang isteri yang baik dan sepasang pengawal (putera / puteri) dan membandingkan kehidupan keluarga di depan mata yang tengah makan siang. Salah besar bila kita tidak mensyukuri karunia Allah SWT. Subhanallah.

Terima kasih Yaa Allah. Sungguh Engkau menunjukkan, sesuatu yang jarang bisa disyukuri oleh setiap keluarga. Sudah diberi keluarga lengkap dengan putera atau puteri, masih saja tidak bersyukur ? Anak kita normal, sementara diluar sana masih ada yang kurang beruntung tadi ?

Selamat merenung dan selamat imlek.

--- quote ---

(artikel) Mengenang Gus Dur dalam Perayaan Imlek

OPINI | 18 February 2015 | 16:28

Gus Dur … begitu nama Presiden RI keempat itu akrab disebut, memberikan angin segar bagi warga Tionghoa di Indonesia. Imlek merupakan perayaan pergantian tahun bagi masyarakat etnis Tionghoa ini bisa dipandang sebagai simbol kembalinya kehidupan bertoleransi di negeri ini.

Selama 34 tahun, sejak Presiden kedua Republik Indonesia Suharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 14/Tahun 1967, perayaan Imlek dilarang. Tapi pada 2001, Presiden Abdurrahman Wahid membongkar fobia terhadap etnis Tionghoa. Dia memperbolehkan masyarakat Tionghoa merayakan perhelatan kebudayaannya. Malah Imlek juga dijadikan hari libur nasional.

Menurut Gus Dur perayaan Imlek itu lebih mendekati proses tradisi dan budaya daripada ritual agama. Artinya, perayaan Imlek itu adalah warisan budaya yang sarat nilai dan spirit keagamaan. Jadi, bisa dilakukan siapa saja sebetulnya dan dari agama apa saja.

Gus Dur merasa gelisah seperti ada sikap mengkotak-kotakkan bangsa.  Pengkotakan itu muncul karena ada sentimen etnis dan agama. Gus Dur merasa kalau seperti itu akan mengkerdilkan bangsa kita sendiri.

Sama artinya dengan memasang bom waktu, suatu saat akan meledak serta mengancam keutuhan bangsa, kerukunan, dan persaudaraan. Gus Dur mendengarkan bagaimana etnis Tionghoa bercerita dan merasakan dianggap sebagai kelompok minoritas, non pribumi, dan diperlakukan sebagai warga kelas dua yang tidak sama.

Etnis bagian integral, punya hak sama dengan etnis lainnya, termasuk bagaimana menampilkan identitas untuk mereka sendiri melalui Imlek, Liong, Barongsai. Perayaan Imlek mengandung nilai moral, spiritual yang universal. Dalam perayaan Imlek banyak doa, ucapan, misalnya Gong Xi Fa Cai, yang dalam bahasa Tiongkok berarti mengharapkan kesejahteraan, kemakmuran, umur panjang, kekayaan berlimpah. Itu doa yang baik.

Filosofi Imlek sendiri adalah ada semangat untuk berbagi dengan yang lain. Jadi mereka, orangtua memberikan pada anak, yang kaya dengan yang miskin. Mengucapkan selamat artinya ikut sukacita karena etnis Tionghoa sukacita merayakan sesuatu dalam Imlek, apalagi dalam doa-doanya. Jadi, semua ikut senang. Kenapa mesti harus dikhawatirkan?

Kalau ada etnis Tionghoa ikut puasa karena memberikan penghormatan kepada umat Muslim. Jangan terus dicurigai juga mereka mau memasukkan ke Kong Hu Cu. Mereka sedang menunjukkan penghormatannya. Begitu pula dengan mengucapkan selamat.

Intinya, semuanya saudara. Harus hidup rukun dan bersama-sama dengan baik. Nabi Muhammad SAW saja dalam Piagam Madinah mengatakan umat Muslim mesti bisa hidup berdampingan dengan kelompok lain dan melindungi kaum minoritas.

Sumber : via email dan tak dicantumkan, mohon ijin share.

Selain tulisan diatas, ada juga kiriman Babeh Rizal KALOG yang merangkum renungan-renungan yang ada jadi 10 renungan saja. Kalo yang lain mo direnungkan yo monggo ... Berikut suntingan 10 Renungan Dari Negeri Tiongkok.

,
Fumu buxiao ;  fengshen wuyi
Bila tidak berbakti pada orang tua,percuma menyembah TUHAN.

,
Xiongdi buhe ; jiaoyou wuyi
Bila dgn saudara sendiri tidak rukun ; Percuma menjalin persahabatan dgn orang Lain.

,
Cunxin bushan; fengshui wuyi
Bila hati penuh pikiran jahat ;  Percuma saja mengatur Fengshui

,
Xingzhi buduan ; Dushu wuyi
Bila tindak tanduknya tanpa tata krama suka menyakiti Orang Lain ; Percuma sekolah tinggi2.

,
Xingao qiao ; Boxue wuyi
Bila bersifat angkuh ;,Percuma saja menjadi seorang Pemimpin yg katanya Terpelajar

,
Zuoshi guaizhang ; chongming wuyi
Bila seenaknya sendiri dlm melakukan segala sesuatu ; Kepintaran pun percuma karena tak menjadikan Bijak

,
Shiyun butong ; Wangqiu wuyi
Bila belum tiba saatnya diberi Tuhan ; berkolusi dgn manusia penentu sekalipun juga percuma

,
Buxi yuanqi ; fuyao wuyi
Bila tidak mau menghargai atau menjaga kesehatan ; minum obatpun percuma.

,
Wangqu rencai ; Bushi wuyi
Sembarangan mengambil harta dan HAK orang lain ; percuma saja berderma.

,
Yin e siyu ; Yinzhi wuyi
Bila suka mengumbar hawa nafsu ; percuma saja berbuat kebajikan ...                                                                                                                                                    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar