Selasa, 11 Juni 2013

11.06.13 : Untuk Kaum Ibu Tercinta

Ass Wr Wb. Mendidik putera-puteri tercinta di rumah, seyogyanya bukan melulu merupakan tanggung jawab ibu atau isteri kita semata. Sebagai seorang ayah atau suami, wajib juga menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak kecil.

Isteri saya sempat berdiskusi, terkadang “makan hati” mendidik anak jaman sekarang namun setiap generasi akan memiliki tantangannya sendiri. Semoga kami dapat mendidik putera-puteri kami dengan sebaik mungkin, atas bimbingan dan hidayah-MU Ya Allah.

Tak ada yang bisa memaksakan kehendak kepada sang anak, untuk ukuran masa kini. Karena pemikiran anak jaman sekarang berbeda dengan kriteria anak semasa kita kecil dulu. Belum lagi melunturnya nilai-nilai sakral di keluarga akibat perkembangan jaman.

Bentengi dengan apa yang kita mampu dan senantiasa berkomunikasilah agar apa yang kita harapkan bisa mencapai hasil optimal. Tidak pernah ada kata terlambat. Just DO IT !

Secuplik kisah dibawah ini, yang kami ambil untuk bahan pembelajaran bersama. Semoga bermanfaat. Setidaknya, isteriku, telah berusaha keras mewujudkannya. Terima kasih ya Sayang.

Wassalam, RAM

--- quote ---

Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga akan berbuat yang sama?”

Sang ibu tertawa dan menjawab terus terang, “Tidak. Tapi, Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam supaya tidak sempat menggigit kamu atau keluarga kita.”-

Mendengar jawaban itu, si anak tersenyum dan kembali meneruskan kegiatan bermainnya. Tak berapa lama kemudian, si anak kembali berpaling pada ibunya. Ternyata mendadak ia teringat sesuatu. “Terus Bu, aku waktu itu pernah dengar cerita ada ibu yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Kalau ibu bagaimana?” Anak itu mengajukan pertanyaan yang hampir sama.

Kali ini sang Ibu menjawab dengan suara lebih tegas, “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan sampai kenyang. Jadi, kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan lapar.”

Si anak kembali tersenyum, dan lalu memeluk ibunya dengan penuh sayang. “Makasih, Ibu. Aku bisa selalu bersandar pada Ibu.”

Sembari mengusap-usap rambut anaknya, sang Ibu membalas, “Tidak, Nak! Tapi Ibu akan mendidikmu supaya bisa berdiri kokoh di atas kakimu sendiri, agar kamu nantinya tidak sampai jatuh tersungkur ketika Ibu sudah tidak ada lagi di sisimu. Karena tidak selamanya ibu bisa mendampingimu.”

Ada berapa banyak orangtua di antara kita yang sering kali merasa rela berkorban diri demi sang buah hati? Tidak sadarkah kita bahwa sikap seperti itu bisa menumpulkan mental pemberani si anak?

Pesan moral :
Bijaklah bila semua orang tua tidak hanya menjadikan dirinya tempat bersandar bagi buah hati mereka, melainkan juga membuat sandaran itu tidak lagi diperlukan di kemudian hari.

Adalah bijak dengan membentuk anak-anaknya sebagai pribadi mandiri kelak di saat orang tua itu sendiri tidak bisa lagi mendampingi anak-anaknya di dunia.:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar