Ass Wr Wb. Mendidik putera-puteri tercinta di
rumah, seyogyanya bukan melulu merupakan tanggung jawab ibu atau isteri kita semata.
Sebagai seorang ayah atau suami, wajib juga menanamkan nilai-nilai keagamaan
sejak kecil.
Isteri saya sempat berdiskusi,
terkadang “makan hati” mendidik anak jaman sekarang namun setiap generasi akan
memiliki tantangannya sendiri. Semoga kami dapat mendidik putera-puteri kami
dengan sebaik mungkin, atas bimbingan dan hidayah-MU Ya Allah.
Tak ada yang bisa memaksakan kehendak
kepada sang anak, untuk ukuran masa kini. Karena pemikiran anak jaman sekarang
berbeda dengan kriteria anak semasa kita kecil dulu. Belum lagi melunturnya
nilai-nilai sakral di keluarga akibat perkembangan jaman.
Bentengi dengan apa yang kita mampu
dan senantiasa berkomunikasilah agar apa yang kita harapkan bisa mencapai hasil
optimal. Tidak pernah ada kata terlambat. Just DO IT !
Secuplik kisah dibawah ini, yang kami
ambil untuk bahan pembelajaran bersama. Semoga bermanfaat. Setidaknya,
isteriku, telah berusaha keras mewujudkannya. Terima kasih ya Sayang.
Wassalam, RAM
--- quote ---
Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga akan berbuat yang sama?”
Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga akan berbuat yang sama?”
Sang ibu tertawa dan menjawab terus
terang, “Tidak. Tapi, Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam supaya
tidak sempat menggigit kamu atau keluarga kita.”-
Mendengar jawaban itu, si anak
tersenyum dan kembali meneruskan kegiatan bermainnya. Tak berapa lama kemudian,
si anak kembali berpaling pada ibunya. Ternyata mendadak ia teringat sesuatu.
“Terus Bu, aku waktu itu pernah dengar cerita ada ibu yang rela tidak makan
supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Kalau ibu bagaimana?” Anak itu
mengajukan pertanyaan yang hampir sama.
Kali ini sang Ibu menjawab dengan
suara lebih tegas, “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan sampai
kenyang. Jadi, kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan
lapar.”
Si anak kembali tersenyum, dan lalu
memeluk ibunya dengan penuh sayang. “Makasih, Ibu. Aku bisa selalu bersandar
pada Ibu.”
Sembari mengusap-usap rambut anaknya,
sang Ibu membalas, “Tidak, Nak! Tapi Ibu akan mendidikmu supaya bisa berdiri
kokoh di atas kakimu sendiri, agar kamu nantinya tidak sampai jatuh tersungkur
ketika Ibu sudah tidak ada lagi di sisimu. Karena tidak selamanya ibu bisa
mendampingimu.”
Ada berapa banyak orangtua di antara
kita yang sering kali merasa rela berkorban diri demi sang buah hati? Tidak
sadarkah kita bahwa sikap seperti itu bisa menumpulkan mental pemberani si
anak?
Pesan moral :
Bijaklah bila semua orang tua tidak
hanya menjadikan dirinya tempat bersandar bagi buah hati mereka, melainkan juga
membuat sandaran itu tidak lagi diperlukan di kemudian hari.
Adalah bijak dengan membentuk anak-anaknya
sebagai pribadi mandiri kelak di saat orang tua itu sendiri tidak bisa lagi
mendampingi anak-anaknya di dunia.:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar