Selasa, 20 November 2012

20.11.12 : Belajar Memaklumi


Saat Abraham Lincoln masih pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain tentang kasusnya.

Pernah salah seorang pengacara melihat Lincoln sekilas, saat dia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai pengacara itu.

"Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia !!
Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku seperti itu!"

Lincoln berpura-pura tidak mendengar, walaupun dia tahu kalo hinaan itu disengaja.
Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang.

Ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan. Dia disisihkan tempat duduknya.
Pengacara yang begitu kejam itu menghina Lincoln, ternyata membela kliennya dengan brillian.

Penalarannya sangat bagus. Penanganannya atas kasus membuat Lincoln terpesona.

Lincoln berkata, "Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata dan benar-benar dipersiapkan. Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi."

Waktu berlalu.

Lincoln menjadi presiden. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam.

Dan Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang, karena Lincoln tidak pernah melupakan bahwa pengacara yang kata-katanya brutal itu merupakan pengacara berotak cerdas yang amat dibutuhkan negaranya.

Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, "Dia merupakan mutiara milik peradaban."

Hanya seseorang yang berkarakter dan punya semangat pengampun seperti Lincoln, dapat bangkit dan berhasil di atas penghinaan Stanton!

Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak!
Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik!!

Jangan masukan "sampah" ke hati. Belajarlah memafkan.
Jadikan "sampah" sebagai "pupuk" ataupun "bahan bakar" untuk maju, baik di lingkungan keluarga, kerja, maupun dimanapun juga.

Jakarta, 20.11.12 – pinjaman artikel dari tetangga sebelah, sangat inspiratif, thanks buat sang Penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar