muslimnews 14 Oktober
Ibu
Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik
murid-muridnya dalam pendidikan :“Syari'at Islam”
Di
tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata,
"Anak-anakku
Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan
kanan ada penghapus.
Jika
saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat
penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!"
Murid
muridnya pun mengerti dan mengikuti.
Ibu
Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya,
kian
lama kian cepat. Murid-murid pun semakin cepat menyerukan antara kata kapur dan
penghapus dengan belepotan.
Beberapa
saat kemudian sang Guru kembali berkata,
"Baik
anak-anak, sekarang perhatikan! Jika saya angkat kapur, maka berserulah
"Penghapus," jika saya angkat penghapus,
maka
katakanlah "Kapur" kalian paham?" Anak-anak pun mengangguk
mendengar penjelasan Ibu Guru
Dan
permainan pun diulang kembali.
Pada
mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya.
Fakta tukar menukar nama benda tersebut memang sedikit membingungkan otak
mereka. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk dalam
menyebutkan fakta bohong penukaran nama benda tersebut. Anak-anak nampak
tertawa-tawa dengan permainan bu Guru tersebut.
Selang
beberapa saat, Permainan berhenti. Sang Ibu guru tersenyum kepada
murid-muridnya.
"Anak-anak,
begitulah ummat Islam saat ini, Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang Haq
itu Haq! Dan yang Bathil itu Bathil...!!! Namun kemudian,
musuh-musuh
ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang Haq itu
menjadi Bathil, dan sebaliknya yang bathil menjadi seolah-olah benar."
"Pertama-tama
mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi pada akhirnya
karena hal bathil tersebut terus disosialisasikan dan dibisikkan dengan
cara-cara menarik dan halus oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa
dengan hal itu...Dan kalian pun mulai dapat mengikutinya."
"Musuh-musuh
kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika serta adab
yang telah diajarkan dalam Islam, contohnya"
1. Keluar berduaan, berkasih-kasihan
yang dahulu adalah sesuatu yang tabu dan memalukan, saat ini tidak lagi menjadi
sesuatu yang tabu dan tak bermoral, bahkan banyak orangtua yang mendukung
anaknya untuk mencari pacar.
2. Zina tidak lagi jadi persoalan yang tabu, bahkan pelakunya
malah merasa bangga telah melakukan perzinahan.
3. Pakaian seksi menjadi hal yang Lumrah,
4. Sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan
dan trending. Bahkan banyak anak muda-mudi yang merasa malu dan kurang gaul jika
belum pernah berhubungan sex.
5. Materialistik kini menjadi suatu gaya
hidup,
kalau tidak pamer harta kekayaan rasanya kurang afdhol, lihatlah sebagian artis
dan selebriti muslim di Indonesia.
6. Korupsi menjadi kebanggaan, dan lain lain.
Para koruptor tidak ada malunya tersenyum di depan kamera, padahal mereka
sedang menjadi pesakitan berbaju oranye.
"Begitulah
anak-anakku sekalian.. semuanya sudah terbalik ya Allah.."
"Dan...
tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit akan menerimanya."
"Bagaimana
anak-anakku? Apakah kalian paham apa yang ibu jelaskan tadi?", tanya Guru
kepada murid-muridnya.
"Paham
Bu Guru! Ya Allah ngeri ya bu!"
"Baik
anak-anak, memang Ghazwul Fikri sangatlah mengerikan, jika kalian tak
bersiap-siap, maka akan tergilas"
Ibu
Guru melanjutkan.
"Baik
anak-anak, Ibu punya permainan kedua nih buat kalian pecahkan. Bu Guru ada Qur'an, Bu Guru akan meletakkannya
di tengah karpet."
"Quran
itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet."
"Sekarang kalian anak-anakku sekalian coba berdiri di luar karpet."
Anak-anak
pun menuruti apa yang Ibu Guru instruksikan. Mereka semua berdiri mengelilingi
karpet tersebut.
"Nah..
Permainannya adalah, Bagaimana caranya kalian mengambil Qur'an yang ada di
tengah itu kemudian kalian tukar dengan buku lain, tanpa kalian terjatuh atau
menginjak karpet?"
Murid-murid
pun pada berpikir dan tampak berdiskusi.
"Hayoo..
siapa yang bisa.." bu Guru memanas-manasi muridnya.
Ada
anak yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang
berhasil, nihil mereka tetap menginjak atau terjatuh dan menekan permukaan
karpet tersebut.
"Susah
bu Guru" Murid-murid pada komplain.
"Susah
ya, baik ibu beritahu caranya ya"
Akhirnya
Sang Guru memberikan jalan keluar kepada murid-muridnya. Dari sisi karpet
digulungnya karpet perlahan-lahan hingga Al-Qur'an mendekat ke sisi bu Guru,
Anak-anak pun melihat dengan seksama sambil ber "ooo" panjang, dan bu
Guru mengambil Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme!
Bu
Guru memenuhi syarat, tidak terjatuh atau menginjak karpet.
"Nah...,
Anak-anakku sekalian kalian sudah lihat kan cara ibu mengganti Al-Qur'an dengan
buku lain?" Anak-anak pun mengangguk.
"Begitulah
gambaran ummat Islam dan musuh-musuhnya"
"Musuh-musuh
Islam tidak akan menghancurkan atau menginjak-injak kalian dengan
terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah."
"Bahkan
seorang kriminal yang muslim pun tidak akan rela kalau Islam dihina di hadapan
mereka."
"Tetapi
mereka mempunyai cara halus untuk menaklukkan kalian, mereka akan menggulung
akhlak, adab dan etika kalian secara perlahan-lahan dari pinggir, halus banget
sehingga kalian pun sama sekali tidak menyadarinya. Kalian tak akan melakukan
perlawanan.. halus, perlahan kalian terikut arus yang mereka ciptakan tanpa
perlawanan sedikitpun jika kalian tak bersiap-siap dari sekarang."
"Jadi
anak-anak.. Ibu kasih contoh lain, ibarat seseorang yang ingin membuat rumah yang
berdiri kokoh, maka yang harus ditanamkan pertamakali adalah pondasi yang kuat.
Begitulah umat
Islam. Jika pondasinya ingin kuat dan kokoh, maka bangunlah aqidah yang kuat."
"Sebaliknya, jika ingin membongkar sebuah rumah, tentu susah kalau pondasinya dahulu yang dibongkar. Lebih mudah jika hiasan-hiasan dindingnya dikeluarkan terlebih dahulu, atap gentengnya dicopot, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru kemudian rumah dihancurkan!"
"Begitulah
musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam kalian
terang-terangan, tetapi mereka akan perlahan-lahan meletihkan kalian,
memutarbalikkan akhlak, etika dan adab yang benar dianggap salah. yang salah
mereka jadikan benar di mata kalian."
"Contohnya
mulai dari perangai akhlak kalian, sehingga kalian tidak malu lagi mencaci maki
"anjing-anjing" kepada teman kalian, ketimbang menggunakan
"subhanallah" atau "astaghfirullah" belum lagi cara hidup,
pakaian kalian dan lain-lain semuanya perlahan-lahan kalian tinggalkan tuntunan
Islam sejengkal demi sejengkal."
"Sehingga
meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi
sedikit tanpa kalian sadari. Bahkan sampai suatu saat kalian malah merasa malu
untuk mengakui identitas keislaman kalian karena dianggap kurang gaul."
"Jika
hal tersebut terjadi, maka selesailah sudah pertarungan pemikiran tersebut.
Mereka berhasil dan kalian generasi Islam telah kalah bertarung. Dan itulah
yang mereka inginkan untuk terjadi...!!!"
"Ya
Allah.. ngeri bu Guru.." beberapa anak menjerit. Yang lain nampak terdiam.
"Terus
kami harus gimana bu Guru? Kenapa mereka tidak berani terang-terangan
menginjak-injak Bu Guru?" Tanya Seorang murid.
"Jadi
anak-anakku sekalian sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang kita,
misalnya Saat Perang Salib, tapi mereka sulit untuk menggentarkan hati ummat
Islam jika berhadap-hadapan langsung di medan perang. Karena prinsip ummat
islam adalah "isy kariman au mut syahidan" hidup mulia atau mati
syahid. Namun sekarang... tidak lagi, sudah sangat berbeda."
"Begitulah
ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya
hancur."
"Tetapi
jika diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar. Lalu mereka
bangkit serentak."
"Baiklah
anak-anak, selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo'a dahulu
sebelum pulang ya.."
"Bentar
Bu Guru.. kami harus melakukan apa dalam perang pemikiran ini?"
"Jangan
tinggalkan islam, jangan tinggalkan Al-Qur'an, ikutin pengajian agama, tonton
kajian para ustadz di YouTube. Pokoknya lakukan kegiatan apapun yang bisa
mendekatkan kalian pada agama ini."
"Jangan
pernah malu untuk menunjukkan identitas keislaman kalian. Semoga Allah
senantiasa membersamai perjuangan kita ya anak-anakku sekalian.." Tutup Bu
Guru
"Aamiin ya Allah!!!" Anak murid serempak mengaminkan doa ibu guru tersebut.
Matahari
bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka
dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
***
Sobat
imuslimnews, ini semua adalah fenomena “Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran)”
Dan
inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam.
Allah
berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:
"Mereka hendak memadamkan cahaya Allah
dengan mulut-mulut mereka,
sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan
cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu." (QS.
At-Taubah 9 : 32)
Musuh-musuh
Islam berupaya dengan kata-kata dan program acara di TV yang membius ummat
Islam.
Tujuannya
untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya Generasi Muda Muslim
Kata-kata
membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui Media Massa, Grafiti dan
Elektronik, Tulisan-tulisan dan Talk show, hingga tak terasa merasuk ke dalam
pikiran anak-anak kita.
Maka
tampak dari ‘Luar’ masih Muslim, Padahal ‘internal dalam’ jiwa ummat, Khususnya
generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum).
Maka
rasakan dan Pikirkanlah itu! Dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan
sementara..ingatlah akan Hari Pengadilan....!!!
Wallahu
a'lamu bishshawab
(H. Muh Nur Abdurrahman)
Ghazwul Fikri Itu Nyata! Pertarungan
Pemikiran Yang Tak Disadari Oleh Ummat Islam
October 14, 2020 / ilustrasti : savanapost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar