JaKaRTa:
Gak biasanya, hari pertama kerja tiba2 muncul sindroma I Don't Like Monday ... alias males bingitz. Apa mo dikata, gawean
harus dihadapi apapun kondisinya, so enjoy aja.
Yang
mengagetkan, Senin tgl 11/04 menjelang tengah malam ada berita duka dan rasanya
seperti kehilangan seorang sodara dekat. Beliau adalah Tri Prastiyo, jabatan terakhirnya KS Ambarawa dan juga penanggung jawab Museum Ambarawa.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Turut berduka dan PT Kereta Api Indonesia (Persero)
kehilangan salah satu putera terbaiknya, yang secara spesifik mendalam ilmu
perkeretaapian dan juga sejarah bangsa ini.
Pertama
kami bertemu tgl 11/10/2014 dan
setelah itu sempat bertemu beberapa kali, bahkan yang terakhir sempat menginap
di rumah dinas almarhum di dekat Stasiun
Ambarawa. Sebuah pertemuan sangat singkat tapi maknanya luar biasa.
Kebiasaan
membaca buku sejarah yang mulai terlupakan, tiba2 bangkit kembali dengan cuitan
pak Tri, yang menjabarkan visi PT Kereta Api Indonesia diramu dengan kisah
heroik tradisional. Hmm luar biasa dan sangat menggelitik nurani.
Usai
dari Ambarawa, saya menjadi penggila buku sejarah khususnya tentang kehebatan
jaman kerajaan, mulai dari Singosari,
Majapahit, Padjadjaran hingga
Sriwijaya di ujung selatan Sumatera.
Inilah
sejumlah dokkumentasi yang masih sempat kami simpan dengan baik. Kenangan tak
tergantikan. Percayalah bagi mereka yang pernah dekat dengan almarhum dalam 2-3
tahun terakhir, bakal terperangah. Amazing Ambarawa, you’re lucky you have this Guy.
Dua
hal yang menjadi catatan bagi almarhum. Keinginan membukukan hasil eksplorasi
sejarah kerajaan di Tanah Jawa dan menunggu pembukaan Museum Ambarawa secara
besar2an. Semoga buah karyanya bisa dinikmati semua khalayak dan hanya Allah SWT yang Maha Tahu apa yang telah disumbangkan
oleh almarhum.
Selamat
jalan pak Tri, surga menantimu. Terlampir sejumlah dokumentasi, saat bersama pak Tri Prastiyo. Unforgettable moments.
Jakarta,
11.04.16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar