Kamis, 17 Januari 2019

17.01.19 : 5 Tipe Anak Dalam AL-QUR’AN


Para ulama menggolongkan 5 (lima) tipe anak dalam Al-Qur’an

1. Anak Sebagai Ujian

Allah Berfirman :Dan ketahuilah bahwa hartamu & anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan & sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” (QS Al-Anfaal : 28)

Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat ini, yaitu harta & anak diberikan Allah untuk mengetahui apakah kita bersyukur & tambah mentaati Allah, atau harta & anak ini malah membuat kita sibuk & menjadi teralihkan perhatiannya dari Allah.

Bila harta & anak sudah menjadi pengganti Allah, ini berarti kita gagal ujian.
Karena sesungguhnya surga & pahala Allah itu lebih baik dari harta dan anak di dunia ini.*

2. Anak Sebagai Perhiasan Hidup Dunia

Allah Berfirman :
Harta & anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
(QS Al-Kahfi : 46)

*Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat ini mengingatkan bahwa secinta-cintanya kita kepada anak dan harta, kita harus tetap lebih cinta kepada Allah.

Harta & anak adalah perhiasan yang membuat kita tampak indah & megah di hadapan manusia. Tetapi perhiasan yang terbatas pada kehidupan di dunia ini saja.*

*Karena itu, cinta kepada anak tidak boleh mengalahkan kemesraan hubungan kita kepada Allah.
Karena itu bila ada masalah dalam mengurus anak, adukan masalahnya dalam doa kepada Allah.
Bersyukurlah bila anak meraih prestasi membanggakan, dan perbesarlah cinta kepada Allah karena anugerah tsb.*
.
3. Anak sebagai Cahaya Mata/Penyenang Hati

Allah Berfirman :
Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS Al-Furqan : 74)

Ayat ini menerangkan bahwa anak yang menjadi penyenang hati dan cahaya mata adalah anak yang ibadahnya tersambung dengan ibadah kita.
Maksudnya ibadah yang kita lakukan diteruskan, dan bahkan diperbaiki oleh anak-anak dan keturunan kita.*

Hidayah yang kita dapat kan juga bisa bermanfaat buat anak-anak. Hidayah bisa diartikan petunjuk agar kita tidak tersesat tetapi menuju kemenangan yang dijanjikan Allah.

Misalnya:
Bila kita mendapat hidayah melalui sikap dermawan, maka sejatinya sikap dermawan itu juga dimiliki oleh anak-anak kita.

Menurut ibnu Kasir Betapa banyak orang tua yang ibadahnya bagus tetapi anaknya berperilaku kebalikannya.
Semoga kita dihindarkan dari hal yang demikian.

4. Anak Sebagai Musuh

Allah Berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istri & anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah engkau terhadap mereka;
Jika engkau maafkan dan santuni serta ampuni mereka, maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS At-Tagaabun 64: 14)

Bagaimana bisa seorang suami/istri menjadi musuh bagi pasangan nya dan seorang anak menjadi musuh bagi orang-tuanya.
Tentu bisa, bila mereka menolak amal shaleh dan mereka menghalangi dari beramal shaleh.
Misalnya :
Seorang kepala keluarga yang terlalu mencintai keluarganya sehingga ia menuruti apapun yang mereka minta sehingga membuat mereka lalai dari shalat dan ibadah lain yang Allah perintahkan.
Demikian menurut Ibnu Katsir.

5. Anak Sebagai Amanah

Allah Berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu & keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia & batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS At-Tahrim : 6)

*Ibnu Katsir menerangkan bahwa amanah anak dan keluarga bukan sekadar mencukupi kebutuhan mereka, tetapi yang lebih utama adalah menyuruh mereka taat kepada Allah & mencegahnya dari berbuat durhaka terhadap-NYA.

*Bila anak berbuat durhaka, tidak boleh rasa sayang menghalangi orang-tua untuk menegur dan menasihatinya agar kembali ke jalan Allah.
Dan orang-tua juga harus mencegah anak dari berbuat lalai.

Misalnya :
Saat adzan tiba, dengan menghentikan amggota keluarga yg bermain gadget dan mengajaknya shalat.

*Intinya, orang-tua ketika dianugerahi seorang anak seharusnya bersyukur dan semakin mencintai Allah, bukan
saking cinta nya anak sampai mengalahkan cinta kepada Allah.*

*Bagaimanakah bentuk syukur kita krn di anugerahi anak?
Yaitu dengan mengajarkan mereka keshalehan dan menjadikan mereka hamba-hamba Allah yang shaleh*

Prinsipnya sederhana, tetapi pelaksanaannya membutuhkan kesungguhan, kekokohan tauhid dan di bingkai dgn seluruh doa.

Inshaa Allah bermanfaat buta Pembaca sekalian. Terima kasih buat penulis anonim ini ya. Allah SWT yang akan mengganjar kebaikannya. Aamiin YRA.

JaKaRTa, 17.01.19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar