Senin, 01 Mei 2017

01.05.17 : Memuliakan Ibu

Sebuah kisah inspiratif tapi sayang, gak tahu siapa penulisnya. Bersiap mata Anda akan berkaca-kaca jika memaknai ceritanya dengan baik. Selamat membaca …

--- quote ---

Malam telah larut dan sebentar lagi pagi akan datang. Aku masih larut melihat perkembangan bursa di New York. Dari tadi siang aku malas membuka email karena melihat perkembangan pasar yang semakin memburuk.

Keliatannya hari hari kedepan tak ada lagi yang bisa diharapkan kecuali bertahan dalam situasi buruk. Teman mengatakan dalam gurauan kepadaku bahwa ini saatnya kita surfing diatas gelombang ganas. Lihatlah tak banyak yang bisa selamat tapi ini tantangan untuk menguji siapa yang qualified melewati putaran waktu.

SMS datang ”sudah baca email dari Kedutaan? Anda diundang untuk datang menghadap Raja mereka” saya terkejut. Bersegera saya membuka email. Benarlah , email ini datang dari tadi siang. Terbayang upaya hampir setengah tahun untuk mendapatkan clients potensial kini peluang terbuka dengan adanya undangan untuk presentasi.

Walau kemungkinan berhasil masih sangat jauh namun setidaknya ini titik awal untuk sebuah harapan. Akupun bersegera membuka file presentasi untuk mempertajam materi dan menambah sedikit bahan sesuai hasil riset mutakhir.

Pagi pagi aku bersama team sudah berada di Airport untuk terbang memenuhi undangan. Dijadwalkan ,setiba dibandara aku akan dijemput oleh asisten kerajaan. Kemudian akan diantar ke tempat istirahat kerajaan sambil menunggu jadwal pertemuan khusus dengan Raja.

Setelah pertemuan dengan Raja, maka keesokan harinya dijadwalkan untuk menghadiri presentasi dengan pejabat terkait. Penerbangan first class itu sangat nyaman. Didalam pesawat aku berusaha membaca indikator mutakhir ekonomi dan sosial negara yang akan aku kunjungi itu. Ketika mendarat , cuaca cukup cerah.

Pejabat yang menjemput kami nampak tersenyum ramah membawa kami ke limosine untuk menuju hotel. Sesampai di Holel Kerajaan, pejabat itu memberikan kesempatan kami untuk istirahat dan dia langsung kembali kekantornya.

Pejabat itu berpesan bahwa besok jadwal pertemuanku dengan Raja. Hanya aku saja tanpa didampingi team. Jam 7 malam jemputan akan sampai dihotel untuk acara makan malam jam 8 bersama Raja. Aku mengangguk.

Aku bekerja bersama team sampai mendekati subuh untuk memantapkan segala persiapan. Setelah sholat subuh aku memilih untuk istirahat dan tidur. Begitupula dengan team lainnya. Sebelum berangkat tidur, telp cellularku berdering.

“ Pah” suara istriku diseberang.

“ Ya” Aku menangkap ada sesuatu dirumah. Karena tidak seperti biasanya instriku menelphone sepagi ini.

“ Papa, tenang aja. “

“ Ya tenang, Ada apa “

“ Bunda, karena serangan jantung ringan.”

“ Sekarang Bunda ada dimana ?

“ Dirumah sakit. Mama dampingi bunda terus. Kata dokter keadaannya sudah membaik. Papa tenang aja. Adik adik semua ada disini kumpul. Bunda dibawah perawatan dokter terbaik. Kita berdoa aja semoga keadaan bunda semakin membaik. “

Terkesan bagiku , istri berusaha menenangkan aku bahwa keadaan bunda baik baik saja tapi diapun tidak bisa menyembunyikan kekawatiran akan keadaan bunda. Seusai menerima telephone itu, batinku mendesakku untuk segera pulang. Tapi bagaimana dengan rencana kunjungan ini. Bagaimana perasaan teamku bila pertemuan ini gagal karena aku harus segera pulang.

Apalagi perjuangan mendapatkan clients ini sudah berlangsung lebih dari setengah tahun. Namun hatiku tidak bisa tenang dengan segala pemikiran tentang masa depan usahaku. Aku hanya memikirkan tentang hari ini dimana bunda sedang sakit dan aku harus ada disampingnya.

“Apakah itu tidak bisa ditunda lusa saja atau besok saja setelah kamu bertemu dengan raja” kata salah satu teamku. Dia dapat memaklumi sikapku namun dia juga meminta kebijakanku soal kelangsungan business kami.

“Ibu saya sakit dan ini tidak sederhana. Aku tidak bisa memaafkan diriku bila aku sampai menunda pulang“. Kataku dengan wajah bingung. Aku terduduk sambil mengusap kepala. Bayanganku terus kepada bunda.

“Tapi bagaimana dengan rencana kita “

“Maafkan aku…” Kataku menatapkanya dengan wajah sesal, Berharap teamku dapat memaklumi. Semua anggota team terdiam. Akhirnya salah satu dari mereka berkata “Kamu benar.! Kalau begitu kita putuskan pulang hari ini“. Kata mereka dengan tersenyum seakan berusaha menutupi keadaan posisiku agar tidak merasa bersalah karena keputusanku untuk pulang

Jam 8 pagi aku menelepon pejabat penghubung kami dengan kerajaan dan menyampaikan alasan kami untuk pulang.

“Yang harus anda ketahui bahwa tidak pernah satu kalipun Raja kami dibatalkan pertemuannya oleh orang lain. Ini penghinaan. Sikap protokoler istana akan sangat keras“.

“Mengapa ?“

“Kamu sudah setuju untuk datang dan kini mendadak kamu batalkan sepihak karena alasan yang tidak masuk akal”

“Ini soal ibu saya.”

Pejabat itu hanya terdiam dengan wajah terkesan marah.

“Maafkan kami. Semua akomodasi dan ticket yang sudah kerajaan keluarkan akan kami ganti. Ini kesalahan kami dan kami akan membayar kesalahan itu.” kataku

“Reputasi anda juga akan hancur” Kata pejabat itu dengan nada mengancam.

“Kami sadar akan itu. Sekali lagi maafkan kami”

Nampak pejabat itu berbicara melalui telp dengan nada penuh hormat.

“Tadi berusan saja pangeran bebricara dengan saya dan ia sangat marah karena pembatalan pertemuan ini. “ Kata pejabat itu.

“Apakah aku bisa bicara dengan beliau”

“Tidak perlu“ katanya tegas dan kesal.

Aku bersama team berangkat menuju bandara. Rencananya . aku langsung pulang ke Jakarta. Sementara teamku kembali ke Hong Kong. Sesampai dibandara, nampak sekuriti sangat ketat. Supir taksi yang kami tumpangi mengatakan bahwa Raja datang ke Bandara.

Kami terpaksa turun agak jauh dari gate keberangkatan. Ketika aku bersama team melangkah menuju bandara keberangkatan, salah satu pejabat yang mengenal kami bersegera berlari kearah kami. Dengan ramah pejabat itu berkata ”Raja ingin bertemu dengan kamu”. Aku mengangguk dengan melangkah agak ragu mengikuti pejabat itu keruang VVIP.

Ketika melewati koridor bandara seorang petugas mengambil passportku dengan ramah. Aku terus melangkah dalam perasaan penuh tanya. Ada apa gerangan ini?. Ketika pintu ruangan VVIP terbuka, nampak sang Raja didampingi putra mahkota tersenyum ramah kearahku. Tanpa sungkan dia memelukku sambil mencium pipiku.

“Saya mendengar kabar bahwa ibunda anda sakit dan anda harus segera pulang. Benarkah itu ?

“Maafkan aku Yang Mulia. Bukan bermaksud tidak menghormati undangan Yang Mulia tapi keadaan ibu memang memerlukan kehadiranku disampingnya.”

“Pulanglah. Urusan dunia ini tidak penting. Memuliakan ibu adalah memuliakan Allah. Tak ada ibadah terbaik didunia ini selain berbakti kepada ibu. Sampaikan salam saya kepada ibu anda. Doa saya akan menyertainya.” Kata kata itu meluncur begitu sejuknya. Aku sampai terharu. DIhadapanku ada seorang raja yang kaya raya dan dihormati namun tetap lebih menghormati seorang ibu.

“Terimakasih ya Yang Mulia”

“Saya yang harus berterimakasih kepadamu. Karena lewat peristiwa ini, saya bisa memberikan pelajaran berharga kepada putra saya. Bahwa tak penting berapa peluang business yang akan diraih namun bila saatnya datang untuk memuliakan orang tua maka itulah yang lebih diutamakan. ‘ kata Raja itu sambil menatap kearah putra mahkotanya.

Usai pertemuan itu , aku bersama pejabat penghubung kerajaan keluar ruangan VVIP menuju bandara keberangkatan. Pejabat itu berkata” Yang Mulia Raja meminta anda pulang dengan jet pribadinya. Sementara team anda tetap disini untuk melanjutkan pertemuan dengan pejabat terkait. Raja juga telah memutuskan untuk memilih perusahaan anda sebagai mitra kami. Selamat. “

Anggota team saya nampak berlinang air mata ketika mendengar kata kata itu. “Bila kita muliankan ibu maka Allah akan memuliakan kita. Tentu yang sulit menjadi mudah, yang sempit menjadi lapang. Anda benar dan kami percaya sikap anda“ kata salah satu anggota team saya sambil memeluk saya.

Ketika sampai di bandara, aku langsung ke rumah sakit. Setiba dirumah sakit, istriku sudah menunggu dan membawaku keruangan bunda dirawat. Kucium kening bunda dan nampak matanya terbuka, Bunda tersenyum ”Kaukah itu nak ? “

“ Ya , Bunda.”

“Siapa yang bilang bunda sakit. Bunda engga apa apa.” Bunda menoleh kearah istriku “ Jangan kau ganggu anakku bekerja. Soal begini tak perlulah dikabarkan. Kau pikir mudah untuk kembali dari luar negeri ke sini. Lagian disana dia tidak main main. Dia kerja“.

Bunda mengomeli istriku. Itulah bunda, dalam keadaan apapun beliau tetap tidak ingin membuat anaknya repot. Andaikan tangannya masih kokoh, langkahnya masih kuat itu akan selalu digunakannya untuk membimbing anak anaknya melangkah tegar dalam ketertatihan. Senandungnya akan terus terdengar mengantar anaknya tidur bahwa besok akan selalu baik baik saja, dan bunda akan selalu ada disampingmu.

Senandungnya akan terus terdengar mengantar anaknya tidur bahwa besok akan selalu baik baik saja, dan bunda akan selalu ada disampingmu, nak…


Dubai, Oktober 2012 – Penulis : Unknown.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar