Selasa, 06 Januari 2015

06.01.15 : Jalan-Jalan Awal Tahun Bareng “Iis Dahlia”

Sodaraku terkasih,
Setelah beberapa kali gagal, akhirnya hari ini, 4 Januari 2015, saya berhasil menyelenggarakan turing mini, dengan relasi: Tulungagung - Surabaya via Blitar - Malang.

Kebosanan pada rute itu-itu saja dan lah elu lagi elu lagi (pemain jalur utama Surabaya - Jogja), membuat‎ saya berusaha mencari alternatif rute yang belum pernah saya lalui.

Sebelumnya terbersit rencana dari Tulungagung lanjut ke barat via Nggalek (Trenggalek) - Ponorogo - Madiun - balik Surabaya.
Namun selain Nggalek - Ponorogo, rute sisanya sudah sering kali dilalui dan paling-paling ketemu elu lagi elu lagi..‎ hehehe..

Berdasarkan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam, akhirnya saya memantapkan diri untuk balik ke Surabaya via Blitar - Malang.

Tentunya karena saya kurang paham dengan jalur ini, demi kelancaraan penyelenggaraan turing tersebut, saya memohon arahan dan petunjuk dari beberapa pinisepuh Jatim, antara lain: Koh Intercooler Jumbo (sang lakon mandoran Mandala mulih kandang), Sam Idud Dudi Sudarmono, dan sesepuh Tulungagung mas Tri Budiono.

Dari wejangan - wejangan belio-belio ini, maka saya susun strategi penyelenggaraan turing AKDP saya.

Awalnya saya berminat mencoba New Hope alias Harapan Baru jam 05:00 dari Tulungagung. yang sebenarnya cocok dengan tajuk awal tahun, maka awal dari Harapan Baru.. hehehe..
.
Namun karena keterbatasan transportasi dari lokasi saya menginap, maka saya putuskan untuk mengambil slot keberangkatan jam 07:00 dengan harapan tidak terlalu siang sampe Malang.
Sudah kita ketahui bersama, jalur Malang - Surabaya saat ini sangat amat padat sekali. Terutama di akhir perayaan hari-hari raya long wiken seperti ini.

‎Jam 06:15 setelah pamitan dengan keluarga, maka saya diantar adik saya ke terminal Gayatri Tulungagung.
Nampak terminal yang baru selesai mempercantik diri ini keliatan lebih bersih dari sebelumnya saya kesini.

Jam 6:20 saya tengok ke jalur pemberangkatan, dipenuhi punggawa Tulungagung Harapan Jaya.
Satu dua bis mikro jurusan Nggalek dan Blitar/Malang nyempil di belantara putih orange.

6:25 dari arah pintu masuk terdengar suara khas Nissan CaBul alias Nissan CB. Saya berharap-harap ini adalah Harapan Baru, namun yang melangkah masuk adalah Mbak Iis Dahlia alias Dahlia Indah.. #alamak

Setelah BBM - an dengan Sam Dudi, didapat info, bahwa kliatannya slot jam 7 memang diisi Mbak Iis Dahlia, sedangkan Harapan Baru akan mengisi slot jam di belakangnya atau ETD jam 8.

Karena jam 8 akan terlalu siang sampai Malang, maka dengan rasa dag dig dug dan ucapan basmallah saya langkahkan kaki menuju sang biduan untuk mengajak duet... kupinang engkau dengan basmallah.. #halah

Saya menyadur ucapan rekan BMC yang pernah mengatakan kita ini kan bismania, bukan po mania. Jadi seyogyanya semua bentuk bis ya harus kita coba.
Jangan lah yang bagus-bagus aja dinaikin. Hehehehe...

Sedikit jeprat jepret, kurang jelas bodynya model apa, namun masih menyisakan tulisan 'Trisakti' dibawah kaca belakang.

Kabin terasa lawas, namun masih nyaman. Saya agak bingung dengan konfigurrasi kaca samping, yang mana kaca bawah dan atas sama-sama bisa dibuka/geser. Alamat bisa kerokan kalo semua jendela dibuka nih.. hehehe...
Saya ambil seat tengah karena front row sudah penuh terisi, selain itu juga pengen dapat sisi "window" untuk menikmati view rute yang notabene belum pernah saya lalui sebelumnya.

Anyway, jam 7 tepat ‎mbak Iis Dahlia melangkahkan kaki keluar terminal gayatri dengan okupansi -/+ 70%
‎Not too bad di pagi hari menjelang arus balik setelah liburan panjang.

Saat mas kondektur menanyakan tujuan, saya sampaikan Blitar sebagai kota tujuan. Untuk tarif Tulungagung - Blitar saya ditarik Rp12,000, sayangnya tidak dikarcis. Tapi anehnya penumpang didepan saya semua dikarcis, sedangkan mulai deret saya ke belakang tidak ada yang dikarcis. Apa system semi setoran ya?

Oh iya, mengapa saya beli karcis sampe Blitar saja, karena khawatir bis akan ngetem lama di Blitar dan daripada nunggu mending ikut depannya atau kalo beruntung 'konon' ada ATB Restu.

Perjalanan dari Tulungagung ke Blitar cukup lancar, dengan hawa cukup sejuk, sejenak mata mendapatkan pemandangan "baru" cukup merefresh.

Sepanjang jalan kernet serta kondektur setia "menjajakan" dagangannya: jember - wangi - wangi ... sembari saya berpikir apa iya bis ini sampe banyuwangi ya ?

namun memang ada beberapa penumpang yang naik dari daerah Ngunur dan Srengat dengan tujuan Probolinggo dan Jember..

Jam 7:50, bis menapakkan kaki di terminal Blitar. Sembari siap-siap turun saya menyapukan pandangan ke area shelter maupun parkiran dengan harapan menemukan sosok yang cocok untuk di ajak duet (maksude bis).
nampak sesosok Restu non ac dengan livery lama dan Dana Dhasih (sepertinya ATB). sedangkan di jalur pemberangkatan sudah siap mantan bis balap yang sudah direbranding Ladju.

setelah turun saya pun menuju ke toilet untuk buang "ballast" :)

keluar dari toilet saya memastikan lagi bahwa tidak ada yang menarik hati untuk di'tunggangi' dari terminal Blitar.
saya pun perlahan kembali menaiki undakan masuk ke Dahlia Indah yang sudah ditinggalkan kawan serutenya, Ladju.
mas Kondektur pun memandang saya dengan raut agak heran, lalu tanpa ditanya sayapun menjawab :aku melu tekan malang pisan (saya ikut sampai malang sekalian). tombo kisinan.. hehehehe...

kali ini tempat duduk saya sudah ditempati oleh penumpang lain, dan saya pun memilih duduk di deretan paling belakang.

sekitar jam 8:05 mbak iis Dahlia melanjutkan perjalanan menuju Malang. untuk leg Blitar - Malang saya ditarik Rp18,000 dan kali ini diberikan karcis. (Lumayan nambah koleksi, jarang-jarang naik Madjoe grup.. sayang mandorannya sudah dikontrak Mandala coklat untuk memunggawangi rute pulang kandang.. hehehe..)

sepanjang perjalanan penumpang terus bertambah. pada puncaknya di daerah sumberpucung dimana terpaksa kru menolak calon penumpang karena sudah penuh sesaknya kondisi di kabin.

dari Blitar ke Malang perjalanan ditempuh selama -/+ 3jam dengan rute pegunungan. sempat membuat saya agak khawatir dengan kondisi bis yang sudah cukup 'sepuh' dengan kondisi medan naik-turun, tambah deg deg an saat jalan turunan tercium aroma kampas alias sangit. bertambah kekhawatiran saya ketika saya yakin bahwa skep atau exhaust brake bis yang saya tumpangi sudah modar alias tidak berfungsi.

namun dengan keyakinan bahwa sang awak bus telah memiliki pengalaman dalam menaklukkan rute ini, maka saya pun berpikir positif bahwa semua akan baik-baik saja (haduh kok koyo lirik lagu).. hahahaha...

Rute yang dilalui ini melewati Waduk Sutami yang berada di kecamatan Karangkates, Kabupaten Malang. sempat saya terbersit untuk ingin sejenak berhenti dan menikmati pemandangan. Namun warning dari Sam Dudi bahwa antara jam 10 - 15an jarang ada bis yang langsung ke Arjosari memupus niat saya.

Sebelumnya saya pernah ke Blitar dengan menggunakan Kereta Api, view dari dalam kereta pun cukup indah, dengan melalui beberapa terowongan dan jembatan.

memasuki daerah Kepanjen, jalanan mulai padat dengan dominasi kendaraan pribadi dan sang raja jalanan alias sepeda motor, cuaca mulai terik dan hawa di dalam bis mulai terasa 'hangat'.

terminal pertama di Malang yang disinggahi adalah terminal Gadang, di sisi selatan kota Malang. bis masuk ke Gadang sekitar jam 10:30.
setelah offload penumpang, bis lanjut ke terminal Arjosari. Padatnya lalu lintas kota Malang mengakibatkan sang driver seringkali menyalakkan klakson dan sesekali bis terangguk-angguk berhenti mendadak karena laju bis dipotong oleh kendaraan lain.

tepat pukul 11:00, bis memasuki terminal utama kota Malang, yakni terminal Arjosari. sebelum masuk ke terminal, mas kondektur memberikan "pengumuman" bahwa jember - probolinggo - wangi langsung. Wah,  berarti beneran ini akan ke Banyuwangi kah ? mohon pencerahan kawan-kawan yang punya pengalaman..

kesan setelah turun dari bis, melihat 'plejrengannya' (penampilannya), menurut saya untuk ukuran bisa dengan usia cukup sepuh, sasis Nissan Cabul alias Nissan CB cukup nyaman. dibandingkan dengan sasis Fighter alias Mitsubishi.

setelah turun bis saya pun melangkahkan kaki ke jalur Malang Surabaya. target saya untuk jalur Malang Surabaya pengen nyoba Tentrem dengan besutan body Max. ternyata di jalur yang lagi ngetem Restu Panda, dan dibelakangnya Restu Panda lagi.. walah..

ya sudah duduk-duduk dulu lah.. eh, kok nampak sosok yang tidak asing kawan lama dari Malang, Sam Dudi dengan putranya.. langsung pun saya hampiri..
rupanya belio sudah coba kontak saya via BBM, namun karena kondisi bis penuh sesak tidak memungkinkan saya untuk mengeluarkan hp dari saku.
belio sejak pagi menemani admin galak bung A'am yang akan kembali ke Jakarta setelah drop muatan di Batu (hihihi)..

Sam Dudi tidak bisa menunggu lama, karena mendung sudah cukup gelap dan setelah ngobrol sebentar lalu pamitan undur diri.

saya sempatkan juga ngobrol dengan Bung A'am yang sudah anteng didalam Medali Mas menunggu keberangkatan. Kabarnya belio semalam 'nunggangi' Sumber Group "Kelinci Balap" sembari merem melek, katanya.. hihi...
saya menolak halus ajakan belio untuk bareng naik Medali Mas, karena target pengen numpak Tentrem Max, nah kebetulan di belakang Medali Mas ini adalah slot untuk Tentrem Max Patas.
setelah Medali Mas berangkat, saya pun buru-buru naik ke Tentrem Max yang mengisi slot berikutnya. namun setelah sampai di dalam bis dan potret-potret interior, saya lupa kalo rencana di Arjosari makan siang dulu sebelum berangkat. alhasil setelah puas jeprat jepret sayapun beringsut turun dari pintu belakang... hehehehe.. koyo ababil ae, macak melu tapi mek poto-poto..

setelah isi bunker alias makan siang, kembali hunting bis tujuan Surabaya. nampak di starting grid ATB Max Tentrem, tapi setelah naik kondisinya full penumpang.
alhasil geser ke slot Tentrem berikutnya atau 2 bis di belakangnya yang berbody Actor warna putih. menurut Sam Dudi bis ini bertajuk "Ambalat NKRI", entah apa maksudnya.. hehe..

sekitar jam 13, sang Ambalat NKRI melangkah kaki keluar Arjosari. tidak terpaut 5 menit dengan Pelita Mas di depannya. kemacetan langsung terasa di pertigaan Arjosari, yang naga-naganya siang ini arus lalin akan "nggremet" alias merayap sampai ke pasar Lawang.
Betul saja, kecepatan sama sekali tidak dapat beringsut dari lebih dari 20 - 30 km/jam.. sepanjang jalan sang Ambalat NKRI terus menambah isi perut alias penumpang. yang mana dalam kondisi menjelang akhrei long wiken begini, semakin sore, bis akan semakin penuh..

dari Arjosari saya niatkan untuk berhenti sebentar di pusat oleh-oleh Bakpo Telo Pandaan, sembari meluruskan kaki.
tiket seharga Rp7,500 saya tebus untuk perjalanan Malang - Pandaan. Hujan deras mengguyur selama perjalanan Malang - Pandaan. beruntung sesampai di Pandaan hujan sudah reda sehingga terhindar dari basah kuyup.

setelah sekitar 30 menit berada di Bakpo Telo Pandaan, sayapun melanjutkan perjalanan. kali ini siap-siap kaki njarem karena pasti harus berdiri dari Pandaan sampai Surabaya.

betul saja, beberapa armada ATB yang lewat sudah penuh sesak sehingga menolak untuk menerima tambahan penumpang. akhirnya 2 buah Restu Panda beriringan dan salah satunya mau berhenti untuk menerima tambahan penumpang.

perjalanan kurang lebih 1,5 jam dengan upacara lumayan membuat kaki pegal-pegal.. hehehe... alhamdullillah sekitar jam 17:30 si Panda menginjakan kaki di Terminal terbesar di Asia Tenggara alias Bungurasih Airport.

perjalanan dari Bungurasih menuju rumah saya lanjut kemudian dengan 'menunggangi' Mas Damiri alias Damri bus kota.

yah demikian sekelumit kisah perjalanan saya yang tidak seberapa, semoga tulisan saya yang compang camping ini berkenan.


salam,
--
Reza R Leksmana
Email: reza.leksmana@gmail.com (sudah diijinkan dimuat loh ya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar