Sodaraku terkasih,
Setelah beberapa kali gagal, akhirnya hari ini, 4 Januari 2015, saya berhasil
menyelenggarakan turing mini, dengan relasi: Tulungagung - Surabaya via Blitar - Malang.
Kebosanan pada rute itu-itu saja dan lah elu lagi elu
lagi (pemain jalur utama Surabaya - Jogja), membuat saya berusaha mencari
alternatif rute yang belum pernah saya lalui.
Sebelumnya terbersit rencana dari Tulungagung lanjut ke
barat via Nggalek (Trenggalek) - Ponorogo - Madiun - balik Surabaya.
Namun selain Nggalek - Ponorogo, rute sisanya sudah
sering kali dilalui dan paling-paling ketemu elu lagi elu lagi.. hehehe..
Berdasarkan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam,
akhirnya saya memantapkan diri untuk balik ke Surabaya via Blitar - Malang.
Tentunya karena saya kurang paham dengan jalur ini, demi
kelancaraan penyelenggaraan turing tersebut, saya memohon arahan dan petunjuk
dari beberapa pinisepuh Jatim, antara lain: Koh Intercooler Jumbo (sang lakon
mandoran Mandala mulih kandang), Sam Idud Dudi Sudarmono, dan sesepuh
Tulungagung mas Tri Budiono.
Dari wejangan - wejangan belio-belio ini, maka saya susun
strategi penyelenggaraan turing AKDP saya.
Awalnya saya berminat mencoba New Hope alias Harapan Baru
jam 05:00 dari Tulungagung. yang sebenarnya cocok dengan tajuk awal tahun, maka
awal dari Harapan Baru.. hehehe..
.
Namun karena keterbatasan transportasi dari lokasi saya
menginap, maka saya putuskan untuk mengambil slot keberangkatan jam 07:00
dengan harapan tidak terlalu siang sampe Malang.
Sudah kita ketahui bersama, jalur Malang - Surabaya saat
ini sangat amat padat sekali. Terutama di akhir perayaan hari-hari raya long
wiken seperti ini.
Jam 06:15 setelah pamitan dengan keluarga, maka saya
diantar adik saya ke terminal Gayatri Tulungagung.
Nampak terminal yang baru selesai mempercantik diri ini
keliatan lebih bersih dari sebelumnya saya kesini.
Jam 6:20 saya tengok ke jalur pemberangkatan, dipenuhi
punggawa Tulungagung Harapan Jaya.
Satu dua bis mikro jurusan Nggalek dan Blitar/Malang
nyempil di belantara putih orange.
6:25 dari arah pintu masuk terdengar suara khas Nissan
CaBul alias Nissan CB. Saya berharap-harap ini adalah Harapan Baru, namun yang
melangkah masuk adalah Mbak Iis Dahlia alias Dahlia Indah.. #alamak
Setelah BBM - an dengan Sam Dudi, didapat info, bahwa
kliatannya slot jam 7 memang diisi Mbak Iis Dahlia, sedangkan Harapan Baru akan
mengisi slot jam di belakangnya atau ETD jam 8.
Karena jam 8 akan terlalu siang sampai Malang, maka
dengan rasa dag dig dug dan ucapan basmallah saya langkahkan kaki menuju sang
biduan untuk mengajak duet... kupinang engkau dengan basmallah.. #halah
Saya menyadur ucapan rekan BMC yang pernah mengatakan
kita ini kan bismania, bukan po mania. Jadi seyogyanya semua bentuk bis ya
harus kita coba.
Jangan lah yang bagus-bagus aja dinaikin. Hehehehe...
Sedikit jeprat jepret, kurang jelas bodynya model apa,
namun masih menyisakan tulisan 'Trisakti' dibawah kaca belakang.
Kabin terasa lawas, namun masih nyaman. Saya agak bingung
dengan konfigurrasi kaca samping, yang mana kaca bawah dan atas sama-sama bisa
dibuka/geser. Alamat bisa kerokan kalo semua jendela dibuka nih.. hehehe...
Saya ambil seat tengah karena front row sudah penuh
terisi, selain itu juga pengen dapat sisi "window" untuk menikmati
view rute yang notabene belum pernah saya lalui sebelumnya.
Anyway, jam 7 tepat mbak Iis Dahlia melangkahkan kaki
keluar terminal gayatri dengan okupansi -/+ 70%
Not too bad di pagi hari menjelang arus balik setelah
liburan panjang.
Saat mas kondektur menanyakan tujuan, saya sampaikan
Blitar sebagai kota tujuan. Untuk tarif Tulungagung - Blitar saya ditarik
Rp12,000, sayangnya tidak dikarcis. Tapi anehnya penumpang didepan saya semua
dikarcis, sedangkan mulai deret saya ke belakang tidak ada yang dikarcis. Apa
system semi setoran ya?
Oh iya, mengapa saya beli karcis sampe Blitar saja,
karena khawatir bis akan ngetem lama di Blitar dan daripada nunggu mending ikut
depannya atau kalo beruntung 'konon' ada ATB Restu.
Perjalanan dari Tulungagung ke Blitar cukup lancar,
dengan hawa cukup sejuk, sejenak mata mendapatkan pemandangan "baru"
cukup merefresh.
Sepanjang jalan kernet serta kondektur setia
"menjajakan" dagangannya: jember - wangi - wangi ... sembari saya
berpikir apa iya bis ini sampe banyuwangi ya ?
namun memang ada beberapa penumpang yang naik dari daerah
Ngunur dan Srengat dengan tujuan Probolinggo dan Jember..
Jam 7:50, bis menapakkan kaki di terminal Blitar. Sembari
siap-siap turun saya menyapukan pandangan ke area shelter maupun parkiran
dengan harapan menemukan sosok yang cocok untuk di ajak duet (maksude bis).
nampak sesosok Restu non ac dengan livery lama dan Dana
Dhasih (sepertinya ATB). sedangkan di jalur pemberangkatan sudah siap mantan
bis balap yang sudah direbranding Ladju.
setelah turun saya pun menuju ke toilet untuk buang
"ballast" :)
keluar dari toilet saya memastikan lagi bahwa tidak ada
yang menarik hati untuk di'tunggangi' dari terminal Blitar.
saya pun perlahan kembali menaiki undakan masuk ke Dahlia
Indah yang sudah ditinggalkan kawan serutenya, Ladju.
mas Kondektur pun memandang saya dengan raut agak heran,
lalu tanpa ditanya sayapun menjawab :aku melu tekan malang pisan (saya ikut
sampai malang sekalian). tombo kisinan.. hehehehe...
kali ini tempat duduk saya sudah ditempati oleh penumpang
lain, dan saya pun memilih duduk di deretan paling belakang.
sekitar jam 8:05 mbak iis Dahlia melanjutkan perjalanan
menuju Malang. untuk leg Blitar - Malang saya ditarik Rp18,000 dan kali ini
diberikan karcis. (Lumayan nambah koleksi, jarang-jarang naik Madjoe grup..
sayang mandorannya sudah dikontrak Mandala coklat untuk memunggawangi rute
pulang kandang.. hehehe..)
sepanjang perjalanan penumpang terus bertambah. pada
puncaknya di daerah sumberpucung dimana terpaksa kru menolak calon penumpang
karena sudah penuh sesaknya kondisi di kabin.
dari Blitar ke Malang perjalanan ditempuh selama -/+ 3jam
dengan rute pegunungan. sempat membuat saya agak khawatir dengan kondisi bis
yang sudah cukup 'sepuh' dengan kondisi medan naik-turun, tambah deg deg an
saat jalan turunan tercium aroma kampas alias sangit. bertambah kekhawatiran
saya ketika saya yakin bahwa skep atau exhaust brake bis yang saya tumpangi
sudah modar alias tidak berfungsi.
namun dengan keyakinan bahwa sang awak bus telah memiliki
pengalaman dalam menaklukkan rute ini, maka saya pun berpikir positif bahwa
semua akan baik-baik saja (haduh kok koyo lirik lagu).. hahahaha...
Rute yang dilalui ini melewati Waduk Sutami yang berada
di kecamatan Karangkates, Kabupaten Malang. sempat saya terbersit untuk ingin
sejenak berhenti dan menikmati pemandangan. Namun warning dari Sam Dudi bahwa
antara jam 10 - 15an jarang ada bis yang langsung ke Arjosari memupus niat
saya.
Sebelumnya saya pernah ke Blitar dengan menggunakan
Kereta Api, view dari dalam kereta pun cukup indah, dengan melalui beberapa
terowongan dan jembatan.
memasuki daerah Kepanjen, jalanan mulai padat dengan
dominasi kendaraan pribadi dan sang raja jalanan alias sepeda motor, cuaca
mulai terik dan hawa di dalam bis mulai terasa 'hangat'.
terminal pertama di Malang yang disinggahi adalah
terminal Gadang, di sisi selatan kota Malang. bis masuk ke Gadang sekitar jam
10:30.
setelah offload penumpang, bis lanjut ke terminal
Arjosari. Padatnya lalu lintas kota Malang mengakibatkan sang driver seringkali
menyalakkan klakson dan sesekali bis terangguk-angguk berhenti mendadak karena
laju bis dipotong oleh kendaraan lain.
tepat pukul 11:00, bis memasuki terminal utama kota
Malang, yakni terminal Arjosari. sebelum masuk ke terminal, mas kondektur
memberikan "pengumuman" bahwa jember - probolinggo - wangi langsung.
Wah, berarti beneran ini akan ke Banyuwangi
kah ? mohon pencerahan kawan-kawan yang punya pengalaman..
kesan setelah turun dari bis, melihat 'plejrengannya'
(penampilannya), menurut saya untuk ukuran bisa dengan usia cukup sepuh, sasis
Nissan Cabul alias Nissan CB cukup nyaman. dibandingkan dengan sasis Fighter
alias Mitsubishi.
setelah turun bis saya pun melangkahkan kaki ke jalur
Malang Surabaya. target saya untuk jalur Malang Surabaya pengen nyoba Tentrem
dengan besutan body Max. ternyata di jalur yang lagi ngetem Restu Panda, dan
dibelakangnya Restu Panda lagi.. walah..
ya sudah duduk-duduk dulu lah.. eh, kok nampak sosok yang
tidak asing kawan lama dari Malang, Sam Dudi dengan putranya.. langsung pun
saya hampiri..
rupanya belio sudah coba kontak saya via BBM, namun
karena kondisi bis penuh sesak tidak memungkinkan saya untuk mengeluarkan hp
dari saku.
belio sejak pagi menemani admin galak bung A'am yang akan
kembali ke Jakarta setelah drop muatan di Batu (hihihi)..
Sam Dudi tidak bisa menunggu lama, karena mendung sudah
cukup gelap dan setelah ngobrol sebentar lalu pamitan undur diri.
saya sempatkan juga ngobrol dengan Bung A'am yang sudah
anteng didalam Medali Mas menunggu keberangkatan. Kabarnya belio semalam
'nunggangi' Sumber Group "Kelinci Balap" sembari merem melek,
katanya.. hihi...
saya menolak halus ajakan belio untuk bareng naik Medali
Mas, karena target pengen numpak Tentrem Max, nah kebetulan di belakang Medali
Mas ini adalah slot untuk Tentrem Max Patas.
setelah Medali Mas berangkat, saya pun buru-buru naik ke
Tentrem Max yang mengisi slot berikutnya. namun setelah sampai di dalam bis dan
potret-potret interior, saya lupa kalo rencana di Arjosari makan siang dulu
sebelum berangkat. alhasil setelah puas jeprat jepret sayapun beringsut turun
dari pintu belakang... hehehehe.. koyo ababil ae, macak melu tapi mek
poto-poto..
setelah isi bunker alias makan siang, kembali hunting bis
tujuan Surabaya. nampak di starting grid ATB Max Tentrem, tapi setelah naik
kondisinya full penumpang.
alhasil geser ke slot Tentrem berikutnya atau 2 bis di
belakangnya yang berbody Actor warna putih. menurut Sam Dudi bis ini bertajuk
"Ambalat NKRI", entah apa maksudnya.. hehe..
sekitar jam 13, sang Ambalat NKRI melangkah kaki keluar
Arjosari. tidak terpaut 5 menit dengan Pelita Mas di depannya. kemacetan
langsung terasa di pertigaan Arjosari, yang naga-naganya siang ini arus lalin
akan "nggremet" alias merayap sampai ke pasar Lawang.
Betul saja, kecepatan sama sekali tidak dapat beringsut
dari lebih dari 20 - 30 km/jam.. sepanjang jalan sang Ambalat NKRI terus
menambah isi perut alias penumpang. yang mana dalam kondisi menjelang akhrei
long wiken begini, semakin sore, bis akan semakin penuh..
dari Arjosari saya niatkan untuk berhenti sebentar di
pusat oleh-oleh Bakpo Telo Pandaan, sembari meluruskan kaki.
tiket seharga Rp7,500 saya tebus untuk perjalanan Malang
- Pandaan. Hujan deras mengguyur selama perjalanan Malang - Pandaan. beruntung
sesampai di Pandaan hujan sudah reda sehingga terhindar dari basah kuyup.
setelah sekitar 30 menit berada di Bakpo Telo Pandaan,
sayapun melanjutkan perjalanan. kali ini siap-siap kaki njarem karena pasti
harus berdiri dari Pandaan sampai Surabaya.
betul saja, beberapa armada ATB yang lewat sudah penuh
sesak sehingga menolak untuk menerima tambahan penumpang. akhirnya 2 buah Restu
Panda beriringan dan salah satunya mau berhenti untuk menerima tambahan
penumpang.
perjalanan kurang lebih 1,5 jam dengan upacara lumayan
membuat kaki pegal-pegal.. hehehe... alhamdullillah sekitar jam 17:30 si Panda
menginjakan kaki di Terminal terbesar di Asia Tenggara alias Bungurasih
Airport.
perjalanan dari Bungurasih menuju rumah saya lanjut
kemudian dengan 'menunggangi' Mas Damiri alias Damri bus kota.
yah demikian sekelumit kisah perjalanan saya yang tidak
seberapa, semoga tulisan saya yang compang camping ini berkenan.
salam,
--
Reza R Leksmana
Email: reza.leksmana@gmail.com (sudah diijinkan dimuat loh ya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar