Kebetulan hari Minggu ini, baru beres-beres kamar dan usai
mengepak barang mau pindahan ke Surabaya. Maklum ada penugasan baru. Nah untuk
mengisi waktu senggang, mainlah ke Kebun Raya Bogor.
Awalnya sih, mau jalan-jalan ke Sukabumi, sekalian lihat
fasilitas emplasemen Cicurug dan Cisaat yang akan dipergunakan untuk pemuatan
barang dari dan ke Sukabumi. Berhubung tiket sudah ludes alias sold-out, ya
sudah berganti haluan ke Kebun Raya.
Untuk memperkaya khazanah pengetahuan, kami cuplik
kutipan artikel dari “kotahujan.blogspot.com” yang kelihatannya sudah tidak
aktif. Untuk itu, mohon ijin meminjam artikel dimaksud untuk dibagikan kepada
Pembaca lain. Semoga bermanfaat.
--- quote ----
Baru-baru ini seorang teman sekelas saya bertanya
mengapa nama Buitenzorg yang diberikan oleh
Belanda bisa berubah jadi Bogor.
Bukankan pelafalannya terdengar jauh berbeda?
Berdasarkan beberapa artikel yang say abaca diketahui bahwa, Saleh Danasasmita, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Bogor (1983) menjabarkan beberapa pendapat
tentang asal mula nama Bogor.
Pendapat pertama mengatakan bahwa kata Bogor
berasal dari patung sapi yang ada di dalam Kebun Raya Bogor. Kata lain untuk sapi adalah baghar atau bagar. Tetapi karena pengaruh kebudayaan Arab maka
bunyi Ba oleh lidah Sunda dibaca Bo. Nama Bogor telah ada sebelum Kebun Raya
dibuat, sedang patung itu berasal dari kolam kuno Kota Batu yang dipindahkan ke
dalam Kebun Raya oleh Dr. Freideriech pada
pertengahan abad ke 19. Disinilah letak kelemahan pendapat pertama.
Pendapat kedua mengatakan bahwa lidah orang sunda
sulit untuk mengucapkan Buitenzoorg –nama resmi Bogor pada zaman penjajahan
Belanda- namun, dugaan ini terlalu dikira-kira, karena berdasarkan gejala
bahasa seperti buis (pipa) menjadi bes, borg menjadi boreh, maka orang sunda
awam yang asing dengan lafal Belanda akan mengucapkan Buitenzorg menjadi Betensoreh, bukan Bogor.
Pendapat ketiga meninjau asal nama Bogor ditinjau
dari keakraban bunyi antara bokor dengan bogor. Perubahan bunyi "K" menjadi "G" tanpa
menimbulkan perubahan arti dapat saja terjadi, contohnya pada kata kumasep dan
angkeuhan menjadi gumasep dan anggeuhan. Tapi orang Sunda ternyata tidak
mengartikan bokor (sejenis bakul) sama dengan Bogor.
Pendapat ke empat mengungkapkan Bogor sebagai
sesuatu yang mencakup semua yang mempunyai hubungan dengan pohon enau (aren)
dalam bahasa Sunda disebut pohon Kawung. Menurut seorang ahli bernama Roorda Van Eysinga, Bogor berarti pohon-pohon aren
yang telah mati atau mengering.
Sampai sekarang belum ada kesesuaian pendapat para
ahli sejarah mengenai asal nama Bogor . Namun umumnya, para ahli membenarkan
pendapat Eysinga tadi, karena di daerah Bogor banyak terdapat penggarapan tanah
secara gogo (tidak digenangi air).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar