Minggu, 11 Mei 2014

11.05.14 : Jalan-Jalan Ke Buitenzorg

Kebetulan hari Minggu ini, baru beres-beres kamar dan usai mengepak barang mau pindahan ke Surabaya. Maklum ada penugasan baru. Nah untuk mengisi waktu senggang, mainlah ke Kebun Raya Bogor.

Awalnya sih, mau jalan-jalan ke Sukabumi, sekalian lihat fasilitas emplasemen Cicurug dan Cisaat yang akan dipergunakan untuk pemuatan barang dari dan ke Sukabumi. Berhubung tiket sudah ludes alias sold-out, ya sudah berganti haluan ke Kebun Raya.

Berikut ini hasil cuplikan foto-foto selama berkelana dan mengambil foto obyek-obyek wisata yang sangat terkenal di Kota Hujan alias Buitenzorg. Selamat menyimak 



Untuk memperkaya khazanah pengetahuan, kami cuplik kutipan artikel dari “kotahujan.blogspot.com” yang kelihatannya sudah tidak aktif. Untuk itu, mohon ijin meminjam artikel dimaksud untuk dibagikan kepada Pembaca lain. Semoga bermanfaat.


--- quote ----

Baru-baru ini seorang teman sekelas saya bertanya mengapa nama Buitenzorg yang diberikan oleh Belanda bisa berubah jadi Bogor.

Bukankan pelafalannya terdengar jauh berbeda? Berdasarkan beberapa artikel yang say abaca diketahui bahwa, Saleh Danasasmita, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Bogor (1983) menjabarkan beberapa pendapat tentang asal mula nama Bogor.

Pendapat pertama mengatakan bahwa kata Bogor berasal dari patung sapi yang ada di dalam Kebun Raya Bogor. Kata lain untuk sapi adalah baghar atau bagar. Tetapi karena pengaruh kebudayaan Arab maka bunyi Ba oleh lidah Sunda dibaca Bo. Nama Bogor telah ada sebelum Kebun Raya dibuat, sedang patung itu berasal dari kolam kuno Kota Batu yang dipindahkan ke dalam Kebun Raya oleh Dr. Freideriech pada pertengahan abad ke 19. Disinilah letak kelemahan pendapat pertama.

Pendapat kedua mengatakan bahwa lidah orang sunda sulit untuk mengucapkan Buitenzoorg –nama resmi Bogor pada zaman penjajahan Belanda- namun, dugaan ini terlalu dikira-kira, karena berdasarkan gejala bahasa seperti buis (pipa) menjadi bes, borg menjadi boreh, maka orang sunda awam yang asing dengan lafal Belanda akan mengucapkan Buitenzorg menjadi Betensoreh, bukan Bogor.

Pendapat ketiga meninjau asal nama Bogor ditinjau dari keakraban bunyi antara bokor dengan bogor. Perubahan bunyi "K" menjadi "G" tanpa menimbulkan perubahan arti dapat saja terjadi, contohnya pada kata kumasep dan angkeuhan menjadi gumasep dan anggeuhan. Tapi orang Sunda ternyata tidak mengartikan bokor (sejenis bakul) sama dengan Bogor.

Pendapat ke empat mengungkapkan Bogor sebagai sesuatu yang mencakup semua yang mempunyai hubungan dengan pohon enau (aren) dalam bahasa Sunda disebut pohon Kawung. Menurut seorang ahli bernama Roorda Van Eysinga, Bogor berarti pohon-pohon aren yang telah mati atau mengering.

Sampai sekarang belum ada kesesuaian pendapat para ahli sejarah mengenai asal nama Bogor . Namun umum­nya, para ahli membenarkan pendapat Eysinga tadi, karena di daerah Bogor banyak terdapat penggarapan tanah secara gogo (tidak digenangi air).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar