Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un.
Ass wr wb. Terkesima dan terkejut saat bangun
tidur membaca isi SMS yang menyebutkan berpulangnya sosok ustad yang begitu
dekat dengan anak muda, tapi sejujurnya beliau diterima di segala kalangan.
Turut berduka cita atas meninggalnya Ustad Jeffry
Al-Buchori dalam usia 40 tahun, setelah sebelumnya mengalami kecelakaan lalin
tunggal di daerah Pondok Indah hari Jumat 26/04 dini hari.
Ini bukan respon seperti media cetak ato media
sosial tapi lebih ke pengalaman pribadi bila tengah mendengarkan ceramah, oleh
ustad yang kemudian dijuluki Ustad Gaul, bahkan namanya disingkat jadi
"Uje" alias Ustad Jefri.
Sehari sebelumnya, Kamis 25/04 saat tengah
melakukan survei lapangan bersama tamu, dari Jakarta kami becanda dengan teman
seperjalanan, Bagus namanya. Ada 2 mobil yang akhiran pelat nomornya B xxxx
UJE. Sambil berkelakar bersyukur ya UJE diabadikan dalam pelat nomor dan
biasanya itu cerminan nama pemiliknya.
Bagus terkejut, ciyuuus ? Banyak banget ! Padahal
buat ustad sekelas Uje bisa saja sekaya itu namun kami tidak tahu dan tidak
ingin tahu banyak urusan orang lain. Kami belajar tidak iri dan cukup bersyukur
dengan apa yang diterima saat ini. Dan perihal pelat nomor tadi sebenarnya cuma
tebak-tebakan saja.
Ada 3 (tiga) hal yang bisa dikenang dari isi
ceramah Uje selama almarhum menyiarkan dakwah di stasiun teve swasta. Ini dia
rangkumannya.
1) Gelar Ustad hanya masalah gelar semata,
nyatanya harus dibuktikan dalam perbuatan sehari-hari dan setiap orang jangan
tersinggung bila disebut namanya tanpa gelar, semisal Jeffri doank dari
seharusnya Ustad Jeffri ato si Anu, bukan seharusnya Haji Anu.
2) Saat shalat, bila yang diingat adalah
kejadian atau pengalaman lain, sangatlah kurang ajar ! Kita tengah menghadap
Allah SWT tapi koq tega-teganya memikirkan selain Dia.
3) Saat berpuasa, ingatlah intisarinya yakni
ketaatan, bukan semata-mata menahan haus dan lapar. Tujuan puasa itu TAAT
menahan segala sesuatu yang diharamkan, bukan (sekali lagi) hanya pelajaran
menahan lapar dan dahaga. Itu pelajaran kita saat masih kecil dulu kayaknya deh.
Terakhir, bersyukur sekali di hari Jumat yang
mulia tersebut, kami sempat menshalatkan jenazah almarhum di Mesjid Istiqlal
Jakarta walau tidak sempat mengabadikan secara jelas namun melihat secara
langsung antusiasme pengagum Uje tidak disangsikan lagi. Juga simpati
masyarakat terhadap sosok Uje luar biasa. Subhanallah.
Baru pertama kali ini mesjid Istiqlal dipenuhi
jamaah hingga lantai 5. Ini penglihatan penulis selama ikut shalat Jumat di
Mesjid terbesar di Tanah Air ini. Luar biasa.
Terima kasih atas inspirasi 3 hal diatas (gelar,
khusyu saat shalat dan taat) - sesuatu banget dan semoga kita sebagai umat Nabi
Besar Muhammad SAW tetap bisa bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup
seorang Uje yang tutup usia secara khusnul khotimah. Aamiin YRA.
Selamat jalan Uje, selamat bertemu sang Khalik
seperti yang senantiasa diuraikannya saat hendak pensiun berdakwah. Jenazah
beliau dimakamkan satu liang lahat dengan sang ayahanda tercinta almarhum, H.
Ismail Modal.
Wassalam, RAM
Jakarta, 29-04-2013
--- quote ---
Ribuan Jamaah Masjid Istiqlal
Salatkan Jenazah Almarhum Jeffry Al Buchory
Oleh adekurniawan@cekricek.co.id (Ade Kurniawan) | CekRicek – Jum,
26 Apr 2013 14:17 WIB
Jakarta,
C&R Digital - Kepergian Ustad Jeffry Al
Buchori yang terkesan mendadak mengagetkan umat muslim di Jakarta, dan bahkan
di Indonesia. Ustad gaul yang akrab disapa Uje itu menghembuskan nafas terakhir
akibat kecelakaan motor di daerah Pondok Indah Jakarta Selatan, Jumat (26/4)
dinihari.
Sebelum
dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Jakarta Pusat, jenazah
disalatkan di Masjid Istiqlal Jakarta Pusat. Ketika salat akan dilangsungkan
terjadi kericuhan karena penggemar Uje ingin mensalatkan jenazah secara dekat.
Petugas
Masjid Istiqlal sempat kewalahan karena membludaknya Jemaah. "Masyallah,
jangan dorong-dorongan dong. Kalau begini kapan dilangsungkan salat
Jenazah," ucap petugas Masjid Istiqlal.
Salat
jenazah dipimpin oleh Imam Besar Masjid Istiglal. Salat khusu, tertib, dan
khidmat.