Enak ngga sih berandai-andai ? Pastinya gitu deh. Apa yang dibayangkan, seolah ada dihadapan kita, siapa juga ngga mau. Ngelamun ? Setipe tetapi jauh lebih asyik dengan kata "andai".
Lantas, sehubungan dengan kisah-kisah yang sering disampaikan oleh para Ustadz maupun Mubaligh saat shalat Jum'at apakah menarik juga ? Baca deh.
Jumat lalu (28/05) bertepatan dengan hari libur nasional Waisak, kita disuguhi cerita di jaman Rasulullah dan indah untuk direnungkan, ngga cuma diri sendiri tetapi juga bisa buat Pembaca lain.
Konon sebelum nyawa dicabut maka manusia yang sekarat akan diperlihatkan gambaran masuj surga dan neraka sehingga bila banyak berbuat kebaikan makan hal-hal yang baiklah yang nampak sedangkan bila banyak bertindak konyol, hasilnya pun sudah nampak didepan mata.
Seorang isteri sahabat Rasul bertanya sebelum suaminya meninggal dan Rasul menanyakan, apa yang diucapkan sebelum sang suami berpulang. Tidak harus berupa warisan tetapi pastinya ada sejumlah "warisan lain".
Sang isteri teringat bahwa suaminya sempat membisikkan 3 hal, yakni : andai masih jauh, andai masih baru, dan andai masih banyak. Apa gerangan maksud kata-kata tersebut, tanyanya kepada Rasullullah, yang dijawab dengan senyum.
Poin pertama, dijelaskan oleh Rasul, sang suami semasa hidupnya pernah menolong seorang tua yang tertatih-tatih dan membantu menuju tujuan walau jaraknya tidak begitu jauh. Sang suami tersenyum dan melihat ganjaran yang didapat untuk jarak sedekat itu.
Andai masih jauh, alangkah indahnya jalan menuju sorga. Dengan sedikit jarak saja, sungguh mulia ganjaran dari Rabb yang Maha Mulia. Subhanallah.
Poin ke-dua, sang suami saat hujan turun dan melihat seseorang kedinginan maka dengan sigap memberikan jaketnya untuk menghangatkan badan orang yang terlihat kedinginan. Jaket tersebut bukanlah baru namun sudah agak lusuh namun kehangatan yang diberikan lebih dari cukup.
Tak heran bila sang suami kemudian bergumam, andai masih baru. Wong jaket sudah ngga baru bila ikhlas dan ridlo menolong sesama, Allah SWT ngga akan melupakan kebaikan yang ditanam.
Poin ke-tiga, saat sang suami melihat seseorang kelaparan dan ditangannya menggenggam sepotong roti yang separuh termakan. Lantas kemudian memberikan potongan yang tersisa kepada yang membutuhkan, sunggu luar biasa potret yang dilihat olehnya.
Kembali sang suami membisikkan, andai masih banyak. Dengan makanan yang tersisa saja, karunia yang didapat sedemikian besar, bagaimana kalau saya memberikan lebih banyak.
Intisari cerita diatas adalah, jangan menjadi orang yang sombong, harus menjadi penolong bagi sesama dan Allah SWT pasti akan memberikan ganjaran atas kebaikan yang telah diperbuat. Gitu.
Bila inti cerita menyimpang, mohon maaf tetapi benag merahnya seperti itulah, semoga bermanfaat.
Wassalam, RAM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar