Fenomena menarik tahun 2010 adalah menjamurnya kendaraan yang bernama sepeda motor. Sebelumnya, Penulis hanya bisa menikmati kekisruhan bersepeda motor di daerah-daerah saja.
Kini, Jakarta dan kota-kota besar di negeri ini mempunyai potensi yang setara untuk memeriahkan penjualan tertinggi masing-masing merek dagang dan membuat pekerjaan tambahan bagi semua pihak.
Gampangannya, kami sebagai warga, mulai semakin resah setelah ruas pejalan kaki yang dijarah dan ditempati oleh para pedagang kaki lima (K-5), kini armada motor pun ikut berpartisipasi.
Pasalnya, kita sudah berjalan dipinggir trotoar pun masih pula disenggolnya, saking banyaknya motor sehingga berhimpit-himpitan di jalan raya. Belum lagi saat lampu merah menyala ...
Jangan ditanya pengendara sepeda motor bakal tunduk aturan (memang ngga semuanya) tetapi tren para pelanggar aturan lalu-lintas bila kita mencermati secara seksama, nyaris meningkat.
Begitu juga di perlintasan kereta api, mereka nyelonong pagar penutup perlintasan. Metro mini pun sebagai raja jalanan kini ikut miris karena berani menyenggol, benjol.
Kita sih urut dada saja, hingga akhir tahun populasi sepeda motor akan semakin menggila dan aturan pembatasan jumlah pemilik harus diterapkan atau jalanan akan semakin macet.
Pilihan diserahkan kepada aturan pemerintah daerah saja. Bertentangan dengan hak azasi manusia (HAM) ? Ahh kalau kebanyakan mikir, ngga bakal beres deh negeri ini.
Tiru RRCina saja, sedikit kejam dn ganas namun toh bisa memberikan efek jera yang lumayan. Dikenal sebagai negeri kapitalis-sosialis namun kemajuan ekonominya ngga kalah dari Amrik dan sekutunya.
Bisa dan yakin ? Beresin dulu masalah kecil seperti isu masalah kendaraan ber-motor dan dampak kemacetan yang mulai mengular dimana-mana. Mau naikin pajak atau harga, terserah.
Buat angkutan massal yang manusiawi saja, jangan mimpi menjadi negeri maju dan bakal menyaingi Singapura atau Hong Kong, kalau mentalitas ngga berubah. Setuju ?
Oleh : RAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar