Gak pernah diinget kapan pertama ngumpul, terus kasih nama Lima
Sekawan reflek aja. Intinya ya iseng2 berhadiah bahwa ternyata setelah
berjalan dua taonan, masing2 orang menyadari bahwa enakan ngumpul gak pake
embel2 asosiasi, bikin hidup jadi awet muda.
Intinya, biarkan asosiasi ato komunitas itu ada. Tergantung
kepada individunya masing2. Kadang ada oknum yang memanfaatkan asosiasi
ato komunitas untuk kepentingan politis sehingga citranya jadi rusak. Yang
salah orangnya koq bukan asosiasinya.
Yang berikutnya, tergantung pemimpinnya. Bisa bersikap
bijak ato ngga. Jika ada kepentingan pribadi ato golongan didalamnya, angel wes
angel ! Jadi bisa dirasakan adanya konflik kepentingan. Emang Gue
Pikirin (EGP) ?
Jadi, balik ke Lima Sekawan. Ini bukan asosiasi ato
komunitas. Sekedar menciptakan suasana yang bebas aktif, gak terkungkung aturan
ini-itu sehingga membatasi ruang gerak anggotanya.
Jika mo kulineran ato survei kegiatan, tinggal jalan. Ada
obyekan, diobrolin. Kalo gak cocok jangan dipaksain karena masing2 anggota
punya bozz di tempat kerja berbeda. Intinya biarkan konsep pertemanan mengalir
apa adanya.
Lantas tercetuslah ide bikin kaos, malah ada yang
usul ditambahin kata "ekspress". Inilah yang bikin penafsiran
jadi rame. Intinya, ekspress disini cuma buat gaya2an doank, semoga suatu hari
bisa maujud jadi bisnis yang menguntungkan. Gitu. Kata ekspress awalnya untuk
candaan klo makan di suatu tempat, jangan lama2, kasihan orang lain.
Jika, jika sedang ada acara makan2 adabnya Lima Sekawan
kudu cepet2 selesai karena setelah itu ada tujuan lain ha 3x.
Terlampir nih proses disain + ide bikin kaos Lima Sekawan.
Uji nyali aja, berani gak mewujudkan jadi sebuah bisnis yang benar2
menghasilkan.
Bismillahirrahmanirrahim.
JaKaRTa, 14.03.21